BERITA

Kasus Pembabatan Mangrove Rembang Mandeg, Aktivis Lingkungan Gelar Demo

"“Kita sebagai pemuda Rembang sangat prihatin, karena pohon mangrove di sini sudah lumayan tinggi ya. Kenapa kok dirusak seperti ini?""

Musyafa

Kasus Pembabatan Mangrove Rembang Mandeg, Aktivis Lingkungan Gelar Demo
Aksi demonstrasi memprotes penebangan hutan bakau di Rembang, Selasa (17/05/2016). Foto: Musyafa/KBR.

KBR, Rembang - Puluhan aktivis lingkungan menggelar demonstrasi di pinggir pantai Desa Dresi Kulon, Kecamatan Kaliori -lokasi penebangan pohon bakau.

Dalam aksi itu, mereka membentangkan poster mengecam pembabatan mangrove yang dilakukan untuk membuat tambak.


Salah satu pegiat lingkungan, Rara Kartika menuntut Kepolisian segera menetapkan tersangka dalam kasus kejahatan lingkungan tersebut. Pasalnya kata dia, hutan bakau yang hilang itu mencapai 10 hektar.


“Kita sebagai pemuda Rembang sangat prihatin, karena pohon mangrove di sini sudah lumayan tinggi ya. Kenapa kok dirusak seperti ini? Kita di sini saja baru tahu kalau ada kejadian ini. Harapannya aparat kepolisian menindaklanjuti kejadian ini dan menangkap tersangka," jelasnya pada KBR, Selasa (17/5/2016).


Serupa dengan Rara, aktivis lain, Abdul Hadi berharap Kepolisian serius menindaklanjuti laporan Kelompok Kerja Mangrove Daerah (KKMD). Menurut informasi yang ia terima, sebenarnya sudah muncul sejumlah nama yang diduga terlibat dalam penebangan bakau. Sementara polisi belum memberikan tanggapan resmi mengenai perkembangan kasus itu, setelah hampir sebulan berlalu.


Sebelumnya, seorang warga setempat, Feri Sutriyono, mengaku prihatin atas kerusakan yang ditimbulkan. Padahal pohon bakau yang rimbun itu, layak dikembangkan menjadi obyek wisata. Masyarakat, kata dia, sudah lama mengetahui pengerusakan bakau, namun takut mengingatkan lantaran khawatir terjadi bentrok fisik.


“Pokoknya prinsipnya ya itu tadi, saya saya kamu kamu. Soalnya kalau diingatkan, ya bakalan jadi ribut," jelasnya kepada KBR, Selasa (26/04/2016).


Pegiat lngkungan di Rembang, Abdul Mun’im mengatakan dari hasil investigasi tambak yang sudah jadi, akan dijual kepada pihak lain dengan harga puluhan sampai ratusan juta rupiah per petak, tergantung luasnya.


“Pembuatan tambak satu petak habis Rp100 juta lebih. Kami sempat konfirmasi dengan kepala desa, kalau seandainya dijual kembali tiap petaknya dijual Rp 150 – 200 juta laku," ungkap Mun’im.


 


Editor: Quinawaty Pasaribu 

  • perusakan hutan bakau
  • Desa Dresi Kulon
  • hutan mangrove
  • Rara Kartika

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

  • Ulfa 3 years ago

    Artikel yang sangat menarik dan bermanfaat. Saya memiliki artikel terkait, silahkan kunjungi web berikut https://www.unair.ac.id/imbangi-penebangan-liar-dengan-tanam-350-pohon-berita_194.html