NUSANTARA

Tak Bisa ke Borobudur, Waisak Dirayakan Secara Sederhana

"Tak punya biaya untuk pergi ke Candi Borobudur, belasan umat Budha merayakan Waisak di Wihara Bodhiwaisaka, Kudus, Jawa Tengah."

Ahmad Rodly

Tak Bisa ke Borobudur, Waisak Dirayakan Secara Sederhana
Borobudur, Waisak, Kudus

KBR, Kudus – Tak punya biaya untuk pergi ke Candi Borobudur, belasan umat Budha merayakan Waisak di Wihara Bodhiwaisaka, Kudus, Jawa Tengah. (Baca: Waisak dan Harapan Umat Budha pada Calon Presiden)

Meski mengaku sedih tak dapat berkumpul bersama umat Budha lainnya di Borobudur, namun mereka tetap bersyukur dan menjalani prosesi sembahyang dengan penuh hikmat.

Pemimpin Wihara Budhipundarika Kudus, Suntoro mengatakan, sebagian besar umat yang merayakan di wihara ini berprofesi sebagai kuli dan petani. Mereka tidak punya cukup uang sehingga merayakan waisak di wihara yang pertama didirikan di Kudus ini.

Menurut Sintoro, karena sebagian besar umat merayakan di Borobudur dan Prambanan, umat yang merayakan di wihara hanya tinggal 15 orang saja. Meski dengan segala keterbatasan mereka tetap berfikir positif seperti yang diajarkan sang Budha

“Saya laksanakan perayaan Waisak disini karena tidak ada dana umat untuk ke sana (borobudur), karena itu saya laksanakan di wihara sini saja. Sebenarnya sih pengen ke sana tapi kan sesuai ajaran Budha kita harus selalu berfikiran positif, dan tidak boleh terus bersedih,” tutur Sintoro.

Sementara itu tokoh lintas agama Kudus, M. Rosyid, yang ikut hadir di wihara mengatakan, mereka merayakan hari rayanya dengan penuh bersahaja jauh dari hingar-bingar perayaan.

“Berbeda dengan Idul Fitri dan Natal yang bisanya meriah, mereka telah terbiasa dan telah memahami kondisinya sebagai minoritas, hanya saja sebagai sesama manusia kita turut berempati,” ujarnya.

Editor: Anto Sidharta

  • Borobudur
  • Waisak
  • Kudus

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!