NUSANTARA

Jumlah Titik Api di Jambi Dianggap Masih Normal

"Kepala Seksi Kebakaran Hutan Dinas Kehutanan Provinsi Jambi Sucipto mengatakan titik api setiap harinya hampir tidak pernah melebihi 10."

Guruh Dwi Rianto

Jumlah Titik Api di Jambi Dianggap Masih Normal
Titik api, hotspot, kebakaran lahan, hutan Jambi, antisipasi titik api

KBR68H, Jakarta - Jumlah titik api kebakaran hutan di Provinsi Jambi dianggap masih dalam batas normal.

Kepala Seksi Kebakaran Hutan Dinas Kehutanan Provinsi Jambi Sucipto mengatakan titik api setiap harinya hampir tidak pernah melebihi 10.

Namun, Dinas Kehutanan Jambi menyatakan tetap mewaspadai ancaman kebakaran hutan di musim kemarau nanti.

"Untuk titik api sekarang ini masih diimbangi curah hujan cukup. Titik api tidak sampai 10 buah. Untuk kondisi sekarang masih batas normal karena yang terpantau di satelit rata-rata di bawah lima," kata Sucipto.

Sucipto menambahkan, Dinas Kehutanan terus memantau titik api melalui satelit setiap hari untuk mewaspadai kebakaran hutan.

Selain itu, Dinas Kehutanan Jambi rutin melakukan patroli di daerah-daerah rawan kebakaran.

Sebelumnya, LSM Lingkungan Walhi menemukan terdapat sekitar 10 titik api di kabupaten Tebo, Jambi. Namun, pelaku pembakaran tidak dapat dipastikan. Lokasi titik api terdapat di lahan bekas hak pengelolaan lahan PT Industries et Forest Asiarz'ques (PT IPA)

Sementara itu Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika BMKG menyatakan titik api di Kabupaten Tebo hanya berjumlah dua titik.

Berdasarkan data Pusat Pengendalian Kebakaran Lahan dan Hutan Provinsi Jambi, sejak awal hingga pertengahan April sudah ada 28 titik panas di Riau. Keberadaan dan jumlah titik panas itu naik turun. Titik api terbanyak di Kabupaten Tebo yang terdapat ribuan hektar hutan produksi. 

  • Titik api
  • hotspot
  • kebakaran lahan
  • hutan Jambi
  • antisipasi titik api

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!