BERITA

Kematian Orangutan di Kaltim, BKSDA Siapkan Saksi Ahli

"Hasil otopsi menunjukkan bahwa tiga orangutan itu tewas karena sesak nafas."

Malika, Rio Tuasikal

Kematian Orangutan di Kaltim, BKSDA Siapkan Saksi Ahli

KBR, Jakarta - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Timur mengaku masih menunggu penjelasan dari kepolisian setempat terkait kasus matinya tiga orangutan pada Februari 2016 lalu. Kasus tersebut kini ditangani oleh Polresta Bontang, Kalimantan Timur. 

Kepala BKSDA Kaltim Yohanes Hendradi menduga, ada faktor kesengajaan di dalam kasus tewasnya orangutan tersebut.  

"Kalau lihat luasan terbakar. Kalau perkiraan, lho ya. Orangutan mesti dihadang supaya bisa terkena kebakaran itu," kata Hendradi kepada KBR, Rabu (02/03/2016). 

BKSDA juga sudah menyiapkan saksi ahli untuk membantu penyelidikan kepolisian. 

Kepolisian mengaku masih mendalami kasus tewasnya tiga orangutan ini. Juru Bicara Polda Kaltim Fajar Setiawan mengatakan telah memeriksa 11 saksi yaitu warga sekitar. Jumlah saksi kemungkinan akan bertambah. 

"Sejauh ini polisi belum menemukan pelakunya. Apakah itu kebakaran murni tidak disengaja atau disengaja. Kalau nanti ketahuan dibakar, ya melanggar tindak pidana dan dia dapat sanksi hukum," kata Firman kepada KBR, Rabu (02/03/2016). 

Jika terbukti sengaja, kata Fajar, pelaku bisa dijerat pasal berlapis. Yakni pasal membakar hutan dan membunuh hewan yang dilindungi. Menurut polisi, hasil otopsi menunjukkan bahwa tiga orangutan itu tewas karena sesak nafas. Mereka terjebak dalam kebakaran dan gagal menyelamatkan diri. 

Bulan Februari lalu, tiga  orangutan ditemukan mati terbakar di perkebunan milik warga yang dibakar. Foto-foto orangutan ini langsung menjadi perhatian internasional. Orangutan yang mati adalah orangutan betina berusia 20 tahun, 10 tahun dan bayi kurang dari 1 tahun. 

Editor: Citra Dyah Prastuti 

  • orangutan
  • kalimantan timur
  • Kota Bontang

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!