BERITA

Penganut Agama Kepercayaan di Cilacap Minim Fasilitas

"Pemahaman masyarakat soal adanya aliran kepercayaan masih rendah."

Muhammad Ridlo

Ilustrasi. KTP Pemeluk Agama Kepercayaan ditandai strip (-) pada kolom agama. Foto: KBR/Ridlo
Ilustrasi. KTP Pemeluk Agama Kepercayaan ditandai strip (-) pada kolom agama. Foto: KBR/Ridlo

KBR, Cilacap – Kendati jumlah warga penganut agama lokal atau penghayat kepercayaan di Cilacap, Jawa Tengah cukup besar, namun fasilitas untuk melaksanakan ritual peribadatan sangat minim. Ketua Badan Koordinasi Kelompok Organisasi Kepercayaan (BKOK) Cilacap, Basuki Raharja mengatakan jumlah penghayat kepercayaan di Cilacap mencapai 99 ribu jiwa lebih. Mereka terbagi dalam 29 kelompok penghayat yang berbeda.

"Ini sebagian besar bukan hanya kadang (saudara) penghayat tapi secara umum. Fasilitas tetap selalu berbeda. Ini yang sering kami temukan adalah bukan hanya kadang penghayat tapi juga bagi mereka yang miskin. Secara legalitas untuk sesuai dengan apa yang dicanangkan pemerintah tidak pernah disosialisasikan dengan cara seksama. Akibatnya  kebuntuan jadi sering terjadi", jelas Basuki kepada KBR, Senin ( 30/3/2015).

Ketua Badan Koordinasi Kelompok Organisasi Kepercayaan (BKOK) Cilacap, Basuki Raharja mengatakan pemahaman masyarakat soal adanya aliran kepercayaan masih rendah. Bahkan kadangkala cap atheis disematkan kepada para penganut agama lokal. Hal itu mengakibatkan sulitnya mendirikan rumah peribadatan bagi penghayat kepercayaan. Kasus terbaru, kata Basuki, terjadi akhir 2014 lalu di Desa Karangtengah Kecamatan Sampang. Disana rumah peribadatan milik salah satu penghayat kepercayaan tidak dapat diakses untuk warga untuk beribadah.

Editor: Malika

 

  • penganut kepercayaan
  • cilacap
  • rumah peribadatan
  • Toleransi
  • petatoleransi_09Jawa Tengah_merah

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!