NUSANTARA

Ratusan Pengungsi Rohingnya Kabur dari Kamp di Lhokseumawe

Ratusan Pengungsi Rohingnya Kabur dari Kamp di Lhokseumawe

KBR, Lhokseumawe-   Ratusan pengungsi rohingnya yang menempati kamp pengungsian di Kota Lhokseumawe, Aceh, kabur. Mereka diduga sebagian masih bersembunyi di sejumlah rumah penduduk, keluar daerah maupun luar negeri.

Kepala Dinas Sosial Lhokseumawe, Ridwan Jalil membenarkan kaburnya pengungsi rohingnya itu setelah berkoordinasi dengan United Nations High Commissioner for Refuges (UNHCR). Kata Dia, tanggung jawab terhadap pengungsi sudah dilakukan penyerahan penanganannya ke pihak yang ditunjuk oleh PBB pada 4 Desember 2020 lalu.

”Kita terus monitoring, Kita terus koordinasi dengan pihak UNHCR sebagai penanggung jawab. Makanya tadi Saya juga sudah melakukan rapat koordinasi dengan UNHCR, sehingga Kita tahu perkembangan terkininya,” kata Ridwan Jalil bekas Ketua Satgas Penanganan Pengungsi Rohingnya Lhokseumawe kepada KBR, Senin (11/1).

Kepala Dinas Sosial Lhokseumawe, Ridwan Jalil melanjutkan, sekarang total pengungsi rohingnya yang masih bertahan di kamp pengungsian hanya berjumlah 103 orang. Sebelmnya total pengungsi  rohingnya berjumlah 366 orang yang datang dalam dua  gelombang pengungsian.

Baca: Terdampar di Aceh, Warga Paksa Tarik Kapal Berisi Sekitar 100 Pengungsi Rohingya Mendara

Sebelumnya ada 99 orang rohingnya yang terdampar di pesisir Kuala Jambo Aye, Kabupaten Aceh Utara, Pada   24 Juni 2020 lalu. Mereka terdiri dari 48 perempuan, 17 pria dewasa, dan 34 anak-anak.

Kemudian,  gelombang kedua tercatat ada 267 pengungsi rohingnya yang terdampar di pesisir Selat Malak, Pantai Ujong Blang, Kota Lhokseumawe, pada  7 September 2020 lalu. Mereka terdiri dari perempuan berjumlah 181 orang, laki-laki 102 orang, dan anak-anak 14 orang.

Editor: Rony Sitanggang

  • aceh utara
  • Rohingya
  • Krisis Rohingnya

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!