NUSANTARA

Pengangguran Aceh Utara Dilatih Jadi Montir Motor

"Keberadaan pengangguran mengusik kalangan perguruan tinggi di Kabupaten Aceh Utara, Provinsi Aceh. Ini yang membuat Perguruan Tinggi Politenik Lhokseumawe berupaya memberdayakan dan meningkatkan kemandirian dalam berwirausaha bagi warga pengangguran."

Erwin Jalaluddin

Pengangguran Aceh Utara Dilatih Jadi Montir Motor
Pengangguran Aceh Utara, Montir Sepeda Motor

KBR, Lhokseumawe – Keberadaan pengangguran mengusik kalangan perguruan tinggi di Kabupaten Aceh Utara, Provinsi Aceh. Ini yang membuat Perguruan Tinggi Politenik Lhokseumawe berupaya memberdayakan dan meningkatkan kemandirian dalam berwirausaha bagi warga pengangguran.

Bekerja sama dengan perusahaan Exxon Mobil Oil Indonesia, Perguruan Tinggi Politenik Lhokseumawe melatih puluhan pengangguran menjadi mekanik sepeda motor.

Wakil Direktur Perguruan Tinggi Politenik Lhokseumawe, Rihayat mengatakan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) tersebut sangat penting, guna mengatasi angka pengangguran di tengah sempitnya lapangan pekerjaan.

”Ini kan pelatihan untuk menjadi mekanik sepeda motor, tujuannya itu tadi untuk menciptakan tenaga ahli. Adik-adik ini berasal dari seluruh lingkungan Exxon Mobil atau desa binaan,” kata Rihayat kepada Portalkbr, Rabu (21/1).

Sementara, Manajer Operasi Produksi Exxon Mobil di Aceh, Indra Sakti menjelaskan, pelatihan itu terus dilakukan setiap tahunnya secara bertahap.

”Kita membantu dari segi peralatan dan dana. Kita bekerjasama dengan Pemda dan Politeknik bagaimana membantu dan menciptakan kemandirian ekonomi masyarakat,” jelasnya.

Acara pelatihan mekanik sepmor itu dibuka langsung oleh Wakil Bupati Aceh Utara, Muhammad Jamil di Laboratorium sepeda motor Politeknik setempat. Kegiatan tersebut akan berlangsung selama tiga bulan.

Editor: Anto Sidharta

 

  • Pengangguran Aceh Utara
  • Montir Sepeda Motor

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!