NASIONAL

Lawan Stigma pada HIV AIDS Lewat Media Sosial

"Bagaimana media sosial bisa berperan melawan stigma terhadap ODHA dibahas asyik di podcast What's Trending!"

Lea Citra

Podcast What's Trending
Podcast What's Trending

KBR, Jakarta- Pada peringatan Hari AIDS Sedunia 2022, Kementerian Kesehatan mengklaim bakal mengakhiri endemi HIV pada tahun 2030. Namun, menurut data tahun 2018-2022, capaian target tersebut khususnya pada perempuan, anak dan remaja masih belum optimal. Penyebabnya beragam mulai dari pandemi COVID-19, retensi pengobatan ARV yang rendah, adanya ketidaksetaraan dalam layanan HIV, serta masih dirasakannya stigma dan diskriminasi yang berawal dari kurangnya pengetahuan masyarakat tentang HIV-AIDS.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes Imran Pambudi mengatakan, pihaknya juga mendorong pelayanan, pencegahan dan pengobatan mulai dari bayi baru lahir, balita, anak usia sekolah dasar, remaja, dewasa hingga lansia.

“Setiap orang yang berisiko terinfeksi HIV dapat datang ke fasyankes untuk melakukan tes. Bila hasil tes menyatakan terinfeksi HIV, segera minum ARV yang disediakan Pemerintah di fasilitas layanan kesehatan mampu tes dan pengobatan HIV,” ujar Direktur Imran.

Baca juga:

FOMO Sapiens : Usulan Wagub Jabar Cegah HIV/AIDS dan Dampak Penaikan Harga BBM Subsidi

Poligami dan Pernikahan Dini Bukan Cara Mencegah Penularan HIV

Tapi bagaimana dengan media sosial? Sudahkah media sosial menjadi ruang yang ramah bagi Orang dengan HIV/AIDS (ODHA)?

Berdasarkan laman Universitas Airlangga (UNAIR), orang dengan HIV/AIDS yang kurang menerima cenderung memiliki kualitas hidup yang rendah. Meskipun tidak signifikan, kurangnya dukungan sosial memiliki efek negatif pada fisik Orang dengan HIV/AIDS (ODHA).

Aktivis dari Indonesia AIDS Coalition (IAC) Ferry Norila mengatakan, pihaknya terus mengkampanyekan kesetaraan bagi ODHA. Melalui media sosial, mereka juga kerap membagikan konten-konten edukasi mengenai HIV/AIDS.

"Ketika mereka ada masalah dengan masyarakat gitu, terus mereka curhat ya. Saya distigma, didiskriminasi di kampung saya gitu ya. Terus nanti dari member lain itu ngasih masukan nih, kasih masukan begini caranya, cara kamu menghadapi masyarakat atau cara kamu menghadapi keluarga. Bagaimana tidak distigma? Sehingga mereka dikasih informasi, dan akhirnya mereka juga menerapkan apa yang sudah disampaikan oleh teman-teman yang lainnya. Stigma itu bisa hilang atau diskriminasi itu bisa hilang," ujar Ferry.

Aktivis dari Indonesia AIDS Coalition (IAC) Ferry Norila menilai, stigma-stigma dan diskriminasi yang diterima Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) terjadi lantaran pengetahuan masyarakat. Baik soal pencegahan, penanggulangan, dan penularan HIV/AIDS. Ferry menekankan, teman-teman ODHA hanya ingin diperlakukan sama dengan orang-orang pada umumnya, yang terkena diabetes atau darah tinggi. Di mana mereka dilayani dengan baik, tidak dijauhi atau didiskriminasi.

Untuk mengetahui bagaimana peran media sosial dalam melawan stigma terkait HIV/AIDS? Yuk kita dengarkan podcast What's Trending di link berikut ini:

  • ODHA
  • stigma ODHA
  • Medsos
  • melawan stigma HIV/AIDS
  • HIV/AIDS

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!