NASIONAL

Ketua KPK: Korupsi Disebabkan Buruknya Sistem

"Dia meminta kementerian dan lembaga melakukan kajian yang komprehensif mengenai kinerja sistem masing-masing."

Sadida Hafsyah

Ketua KPK: Korupsi Disebabkan Buruknya Sistem
Ketua KPK, Firli Bahuri. (Foto: Antara)

KBR, Jakarta - Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Firli Bahuri menyebut, salah satu langkah untuk mencegah korupsi adalah dengan perbaikan sistem. Dia meminta kementerian dan lembaga melakukan kajian yang komprehensif mengenai kinerja sistem masing-masing.

"Pada korupsi itu disebabkan karena gagal, buruk, dan lemahnya sistem. Dengan sistem yang baik tidak ada peluang korupsi. Lakukan upaya-upaya perbaikan jangan sampai ada sistem yang ramah dengan peluang terjadinya korupsi," katanya dalam Peringatan Hakordia Kementerian Keuangan 2021, Kamis (8/12/21).

Baca juga:

Firli mengklaim telah maksimal menghentikan tindakan korupsi. Namun kata dia, budaya anti korupsi baru dapat lahir dengan kerja sama yang baik berbagai pihak, mulai dari elemen pemerintah hingga masyarakat.

"Kata kunci membangun budaya anti korupsi ini memang kita ke depan kan. Karena begitu banyak yang sudah kita lakukan penindakan berat para pelaku korupsi. Dan kita juga memahami kenapa orang korupsi, apa saja bentuk tindak pidana korupsi. Tidak pernah ada korupsi terjadi tanpa ada kekuasaan dan kesempatan. Itulah menjadi penting kenapa kita harus membangun budaya anti korupsi," ujarnya.

Dia mengakui, upaya memberantas korupsi tidak lah mudah. Sebab, setiap tahapan manajemen selalu memiliki ruang melancarkan tindak pidana korupsi.

"Saya ambil contoh mulai dari tahapan perencanaan, bisa terjadi korupsi. Tahapan organisasi ada kesempatan untuk menjalankan korupsi. Tahapan pengesaha rentan, terbuka untuk ruang korupsi. Yang selalu kita temukan di tahap perencanaan seperti pengesahan APBD," ucapnya.

Editor: Wahyu S.

  • KPK
  • firli bahuri

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!