NASIONAL

Munas Golkar, DPD I dan II Bermain Dua Kaki

"KBR, Jakarta - Pengamat politik menyatakan, banyak pengurus Dewan Pimpinan Daerah DPD tingkat I dan II Partai Golkar bermain dua kaki dalam memutuskan dukungan."

Yudi Rahman

Munas Golkar,  DPD I dan II Bermain Dua Kaki
golkar, munas, jakarta, bali


KBR, Jakarta - Pengamat politik menyatakan, banyak pengurus Dewan Pimpinan Daerah DPD tingkat I dan II Partai Golkar bermain dua kaki dalam memutuskan dukungan. Menurut pengamat politik Indosurvei Karyono Wibowo, pengurus DPD I dan II saat ini sedang memperhitungkan kalkulasi politik dan cenderung bermain di dua kaki. Kata dia, banyaknya DPD I dan II yang dulu hadir di Munas Bali kini hadir kembali di Munas Jakarta mengindikasikan adanya pergeseran dukungan dari Ical ke kubu munas Jakarta.

"Bisa jadi seperti itu, kalau dalam peta politik itu ada kalkulasi. Saya kira di DPD Golkar tingkat I dan II itu juga memiliki kalkulasi politik. Kalau kelihatannya, Munas Golkar di Jakarta lebih kuat dan diprediksi akan mendapatkan legitimasi dari pemerintah, bisa juga bergeser. Peserta Munas versi Bali bisa juga hadir di Munas Jakarta," ujar Pengamat Politik Indosurvei Karyono Wibowo saat dihubungi KBR, Minggu (7/12)

Pengamat Politik Indosurvei Karyono Wibowo memprediksi banyak banyak DPD I dan II yang akan memberikan dukungan dalam munas di Jakarta. Karena, Munas di Jakarta mendapatkan legitimasi dari pemerintah dan menguntungkan partai Golkar ke depannya.


Sebelumnya, beberapa DPD I dan II Golkar serta organisasi sayap yang kemarin hadir di Munas Bali, kini hadir kembali dalam Munas di Jakarta yang diprakarsai Presidium Penyelamat Partai Golkar. Salah satunya adalah DPD I dari Maluku yang hadir ke Munas di Jakarta dan memberikan dukungannya dengan alasan Munas di Bali tidak demokratis.


Editor: Nanda Hidayat

  • golkar
  • munas
  • jakarta
  • bali

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!