NASIONAL

Pengamat: Tantangan Yudo saat Menjabat Panglima TNI Lebih Kompleks

"Yudo harus bisa bekerja keras memperkuat institusi TNI dalam masa jabatannya yang kurang dari setahun."

Resky Novianto, Heru Haetami

Pengamat: Tantangan Yudo saat Menjabat Panglima TNI Lebih Kompleks
Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Yudo Margono saat berada di Badung, Bali, Selasa (15/11/2022). (Foto: ANTARA/M Risyal Hidayat)

KBR, Jakarta- Pengamat intelijen dan terorisme dari Universitas Indonesia (UI), Ridwan Habib menilai Yudo Margono sebagai sosok yang tepat untuk mengisi jabatan panglima TNI. Sebab, latar belakang Yudo sebagai Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) diyakini akan memperkuat cita-cita poros maritim dunia yang digaungkan Presiden Jokowi.

"Termasuk Pak Yudo Margono juga saya meyakini beliau mempunyai visi itu. Apalagi memang ya ini terkait dengan visi besar dari Presiden Jokowi terkait dengan poros maritim dunia, yang tentu saja kalau nanti sebagai panglima TNI bisa menjadi salah satu fokus kerja beliau di satu tahun kepemimpinan beliau. Karena beliau juga akan pensiun di 2023, kalau tidak salah di bulan September," ujar Ridwan saat dihubungi KBR, Senin, (28/11/2022).

Pengamat intelijen dan terorisme UI, Ridwan Habib menyebut komitmen perlindungan HAM dari Panglima TNI Andika Perkasa sudah cukup baik. Ia berharap sebagai suksesor nanti, Yudo Margono bisa melanjutkan dan meningkatkannya lagi.

"Andika Perkasa akan juga sangat serius ketika ada dugaan pelanggaran HAM sekecil apa pun langsung diproses dan kita harapkan tentu saja Pak Yudo Margono nanti juga bisa melakukan apa yang sudah dimulai oleh Pak Andika Perkasa dan lebih baik lagi. Saya kira tidak akan menjadi masalah dan itu juga pasti akan jadi konsentrasi Panglima TNI berikutnya," tuturnya.

Menurut Ridwan, tantangan Yudo saat menjabat panglima TNI akan lebih kompleks. Karena itu, Yudo harus bisa bekerja keras memperkuat institusi TNI dalam masa jabatannya yang kurang dari setahun.

"Kalau poros maritim kita belum tahu karena kan belum menjabat, tetapi selama ini ketika beliau menjadi kepala staf angkatan laut (KSAL) akan terlihat juga peran-peran angkatan laut sangat dominan termasuk dengan penempatan kapal-kapal perang," pungkasnya.

Surpres Pergantian Panglima TNI

Sebelumnya, Kementerian Sekretariat Negara telah menyerahkan Surat Presiden (Surpres) Pengganti Panglima TNI ke DPR, Senin, 28 November 2022.

Surpres diserahkan karena Panglima TNI Andika Perkasa, akan memasuki usia pensiun pada akhir Desember 2022. Andika Perkasa dilantik Presiden Jokowi menjadi Panglima TNI pada 17 November 2021, sesuai Surat Keputusan Presiden Nomor 106/TNI 2021.

Laksamana TNI Yudo Margono, menjadi calon tunggal yang diajukan Jokowi. Yudo saat ini merupakan Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL). Ia menduduki posisi itu sejak 20 Mei 2020, dan merupakan alumnus Akademi Angkatan Laut angkatan tahun 1988.

DPR Akan Mendalami Visi Misi Yudo

Anggota Komisi bidang Pertahanan DPR dari Fraksi Partai Golkar, Dave Akbarshah Fikarno atau Dave Laksono akan mendalami presentasi dari Calon Tunggal Panglima TNI, Yudo Margono.

Ia menyebut, ada sejumlah permasalahan yang akan didalami terkait dengan visi dan misi Laksamana Yudo Margono.

"Permasalahan dalam tubuh TNI, reformasi dalam tubuh TNI, lalu penegakan sumber daya manusia (SDM), peremajaan alutsista, penanganan situasi tentang potensi ancaman-ancaman serangan teroris. Terus situasi di Papua, kemudian permasalahan di Poso. Itulah yang harus menjadi perhatian kedepannya Panglima TNI. Untuk pendalaman ya nanti kan kita lihat dulu presentasinya Pak Yudo seperti apa," ujar Dave saat dihubungi KBR, Senin (28/11/2022).

Anggota Komisi bidang Pertahanan DPR Dave Laksono berharap, Yudo bisa menjadi suksesor Andika sebagai panglima TNI jika lolos tes kepatutan dan kelayakan atau fit and proper test.

Baca juga:

Editor: Sindu

  • Panglima TNI
  • Yudo Margono
  • TNI AL
  • KSAL Yudo Margono

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!