BERITA

BI Perkirakan Inflasi 2021-2022 Masih Tetap Rendah

"Bank Indonesia memprediksi tingkat inflasi pada tahun ini dan tahun depan masih berada dalam kisaran sasaran, yakni sebesar 3 persen plus minus 1 persen."

Ranu Arasyki Arpungky

inflasi
Pedagang menyiapkan dagangan minyak goreng curah di Pasar Raya Padang, Sumatera Barat, Rabu (10/11/2021). (Foto: ANTARA/Muhammad Arif Pribadi)

KBR, Jakarta - Bank Indonesia memprediksi tingkat inflasi pada tahun ini dan tahun depan masih berada dalam kisaran sasaran, yakni sebesar 3 persen plus minus 1 persen.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan inflasi ini dinilai masih tetap rendah dan diyakini mendukung stabilitas perekonomian nasional.

"Secara keseluruhan inflasi pada tahun 2021 dan 2022 diperkirakan berada dalam kisaran sasaran, yaitu 3 persen plus minus 1 persen," kata Perry Warjiyo pada acara Pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur Bulanan secara daring, Kamis (18/11/2021).

Perry mengatakan, indeks harga konsumen (IHK) pada Oktober 2021 mencatatkan angka inflasi sebesar 0,12 persen month on month (mom) sehingga inflasi IHK sampai Oktober 2021 sebesar 0,93 persen year to date (ytd).

Dengan demikian, secara tahunan inflasi IHK sebesar 1,66 persen year to year (yoy). Angka ini sedikit meningkat dibandingkan inflasi yang terjadi pada September 2021 sebesar 1,60 persen yoy.

Perry menambahkan inflasi inti masih tetap rendah di tengah permintaan domestik yang mulai meningkat, didukung pasokan yang memadai, nilai tukar yang stabil, dan ekspektasi inflasi yang terjaga.

Inflasi kelompok harga bahan pangan terpantau melambat, sedangkan untuk inflasi kelompok harga yang diatur pemerintah terlihat meningkat. Hal itu dipengaruhi oleh kenaikan tarif angkutan udara sejalan dengan mobilitas yang mulai membaik dan masih berlanjutnya dampak kenaikan cukai tembakau.

"Bank Indonesia berkomitmen menjaga stabilitas harga dan memperkuat koordinasi kebijakan dengan pemerintah melalui tim pengendalian inflasi TPIB dan TPID untuk menjaga inflasi IHK agar tetap berada dalam kisaran sasaran yang ditetapkan," sambungnya.

Baca juga:


Ekonomi Domestik

Bank Indonesia juga memperkirakan perbaikan ekonomi domestik terus berlangsung secara bertahap.

Kinerja ekonomi pada triwulan III/2021 tumbuh positif sebesar 3,51 persen yoy, kendati lebih rendah dari capaian triwulan sebelumnya, yakni sebesar 7,07 persen akibat dampak pembatasan mobilitas masyarakat.

Menurut Perry, perkembangan tersebut ditopang oleh tingginya ekspor Indonesia di tengah tertahannya konsumsi rumah tangga dan investasi.

Pertumbuhan ekonomi juga didukung kinerja positif lapangan usaha seperti industri pengolahan, perdagangan, pertambangan, dan kinerja ekonomi di sejumlah wilayah seperti Sulawesi, Maluku, Papua, Kalimantan dan Sumatra.

Ekonomi diperkirakan meningkat pada triwulan IV/2021 didukung oleh perbaikan kinerja ekspor, kenaikan belanja fiskal pemerintah, maupun peningkatan konsumsi dan investasi.

Hari ini tercermin dari kenaikan beberapa indikator per November 2021, seperti mobilitas masyarakat, penjualan eceran, ekspektasi konsumen, Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur, serta realisasi ekspor dan impor.

Baca juga:


Selain itu, kata Perry, pertumbuhan ekonomi disebabkan oleh beberapa faktor lain, yakni akselerasi vaksinasi yang ditempuh oleh pemerintah, pembukaan sektor-sektor ekonomi yang lebih luas, dan berlanjutnya stimulus kebijakan.

Ketahanan sektor eksternal tetap terjaga, didukung oleh perbaikan kinerja neraca pembayaran.

Transaksi berjalan pada triwulan III/2021 diperkirakan mencatat surplus ditopang oleh kinerja ekspor yang tinggi sejalan dengan kenaikan permintaan global dan harga komoditas dunia.

Surplus transaksi modal dan finansial diperkirakan berlanjut didorong oleh aliran masuk modal asing baik dalam bentuk investasi langsung maupun portofolio.

Pada triwulan IV/2021 kinerja neraca perdagangan surplus mencapai US$5,7 miliar pada Oktober 2021.

Angka ini menurut dia tertinggi sepanjang sejarah pencatatan. Perkembangan ini didukung oleh komoditas-komoditas utama ekspor Indonesia, seperti batubara, crude palm oil (CPO), besi, dan baja.

Editor: Agus Luqman

  • BI
  • Inflasi
  • Pertumbuhan Ekonomi

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!