KBR68H, Jakarta - Menteri Keuangan Chatib Basri
mengklaim Indonesia sudah mulai terlepas dari dampak krisis ekonomi
global. Pasalnya, nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat
saat ini sudah stabil. Sejak pekan lalu sampai Senin hari ini nilai
tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat bertahan di nilai Rp 11 ribu. Apalagi, kata dia, Bank Dunia telah menempatkan posisi Indonesia pada ranking 120 dari sebelumnya pada 128 dalam kemudahan berinvestasi.
"Nggaklah,
nilai tukarnya sekarang kurang lebih stabil. Kalau Anda khawatir pas
di bulan September, ya sekarang lebih stabil," ujar Menteri Keuangan
Chatib Basri di Jakarta, Senin (11/110).
Sementara itu, Direktur Indef, Enny Sri Hartati menilai, Indonesia
belum seluruhnya lepas dari ancaman krisis ekonomi. Sebab, defisit neraca
perdagangan dalam negeri saat ini cukup tinggi, termasuk di sektor
minyak dan gas. Kata dia, Indonesia adalah pengimpor migas yang cukup
besar.
"Ancaman
defisit neraca perdagangan kita masih di depan mata karena apa? Karena,
terutama tekanan dari impor migas. Karena impor migas kita cukup besar,
karena energi alternatif di luar BBM juga sampai sekarang belum konkret
dilakukan pemerintah. Apalagi nanti kalau ada gejolak harga minyak
dunia, atau gejolak pangan dunia. Nah itu pasti akan tersangkut dengan
nilai tukar kita," ujarnya saat dihubungi KBR68H.
Sebelumnya, BPS mencatat neraca perdagangan nasional defisit sebesar 846,6 juta USD atau sekitar Rp 8,9 triliun. Menurut BPS, nilai impor
lebih besar ketimbang nilai ekspor nasional. Pemerintah sendiri
memperkirakan angka pertumbuhan ekonomi Indonesia pada akhir tahun ini
akan berada di bawah target yang telah ditetapkan, yaitu enam persen.