NASIONAL

Perubahan Iklim Nyata, BMKG: Anomali Suhu dan Konsentrasi Gas Rumah Kaca Terus Meningkat

""Saat ini, konsentrasi gas rumah kaca terus meningkat dan kini berada di 415 ppm. Artinya, kalau kita tidak dapat mengendalikan, memitigasi, dimungkinkan akan tercapai suhu 1,5 derajat Celcius.""

Muthia Kusuma

Perubahan Iklim Nyata, BMKG: Anomali Suhu dan Konsentrasi Gas Rumah Kaca Terus Meningkat
Aktivis melakukan aksi Global Climate Strike dengan mural di Yogyakarta, Jumat (23/9/2022). (Foto: ANTARA/Hendra Nurdiyansyah)

KBR, Jakarta - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) berkomitmen dan mendorong kegiatan aksi-aksi adaptasi permukiman perkotaan dan wilayah secara keseluruhan untuk menghadapi perubahan iklim.

Deputi bidang Klimatologi BMKG, Dodo Gunawan mengatakan, adaptasi itu harus dilakukan dalam menghadapi iklim yang berubah-ubah, termasuk bencana hidrometeorologi.

Adapun langkah pemerintah untuk mitigasi perubahan iklim diantaranya menanam pohon, varietas padi rendah emisi GRK, energi baru terbarukan dan konversi energi, konversi sampah plastik menjadi BBM, pengelolaan biogas, menggunakan transportasi dan pengelolaan sampah terpadu.

"Bagaimana adaptasi dan mitigasi iklim dan desain perkotaan, kami siap mendukung untuk mendukung aksi-aksi, terutama yang tentunya dilaksanakan dalam lingkup Dirjen Cipta Karya yang menangani masalah perkotaan. Kita beberapa kegiatan dapat menjadikan dukungan kepada aksi-aksi untuk adaptasi dan mitigasi wilayah perkotaan," ucap Dodo dalam Webinar Nasional Hari Habitat Dunia dan Hari Kota Dunia 2022, Kamis (20/10/2022).

Baca juga:


Anomali Suhu Global 

Dodo Gunawan menegaskan, dampak dari perubahan iklim sudah nyata terjadi. Semisal gletser atau bongkahan es yang terbentuk di atas permukaan tanah di Puncak Jaya, Papua yang terus menipis.

Tutupan es itu diperkirakan akan menghilang dalam satu dekade, terutama jika peristiwa El Nino yang kuat terjadi.

"Bukti lain tentunya kenaikan muka laut. Bagaimana wilayah pesisir kita sudah mulai terancam abrasi karena ada kenaikan muka laut dampak dari pemanasan global, dan faktor keseharian seperti rob, yang bisa mengikis wilayah pesisir," tambahnya.

Selain itu, Dodo menyebut perubahan iklim ini juga mengakibatkan cuaca ekstrem yang terus-menerus terjadi.

Dodo mengutip data Organisasi Meteorologi Dunia (World Meteorological Organization/WMO) yang menyebut anomali suhu global 2021 sebesar 1,11 derajat Celcius lebih hangat dari masa pra-evolusi industri.

"Sesuai Kesepakatan Paris, batas kritis anomali suhu tidak boleh melebihi 1,5 derajat Celcius. Mengapa kita harus menahan laju tidak lebih dari 1,5? Karena dari hasil kajian, di atas kenaikan 1,5 derajat itu banyak fenomena cuaca, semakin berubah. Kehidupan akan terpengaruh baik flora-fauna," kata Dodo.

Dodo menjelaskan batas kritis anomali suhu tidak boleh lebih dari 1,5 derajat Celcius setara dengan batas kritis konsentrasi gas rumah kaca tidak boleh lebih dari 450 ppm.

"Di BMKG ada salah satu stasiun pemantau global yang merupakan jaringan WMO untuk memonitor termasuk konsentrasi gas rumah kaca, ada di Bukittinggi. Saat ini, konsentrasi gas rumah kaca terus meningkat dan kini berada di 415 ppm. Artinya, kalau kita tidak dapat mengendalikan, memitigasi, dimungkinkan akan tercapai suhu 1,5 derajat Celcius atau konsentrasi GRK melebihi 450 ppm," kata Dodo.

BMKG juga meminta kewaspadaan mengenai kenaikan muka laut. Data yang dipaparkan Dodo menyebut pada 2010 hingga 2015, kenaikan muka laut mencapai 4,4 milimeter pertahun. Angka ini meningkat dibanding periode 1993-2015 yaitu 3,2 milimeter per tahun.

Tren kenaikan muka laut diperkirakan mencapai 0,7 hingga 0,8 centimeter per tahun. Diperkirakan pada 2030 nanti, ketinggian muka laut naik sekitar 24 plus minus 16 centimeter, dan pada 2100 naik 80 plus minus 40 centimeter.

Baca juga:


Editor: Agus Luqman

  • Perubahan Iklim
  • climate change
  • BMKG
  • cuaca ekstrem
  • gas rumah kaca
  • GRK

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!