BERITA

Mengenal Pengembangan Listrik Surya Atap

"Alat listrik surya panel memiliki jaminan dari pabrik bisa bertahan hingga 25 tahun, asal tidak pecah atau retak."

Tyas Sukma Amalia

Mengenal Pengembangan Listrik Surya Atap
Ilustrasi: Teknisi-teknisi bekerja untuk memasang panel surya di gardu listrik di Hub sekitar 25 km dari Karachi (foto: REUTERS/Akhtar Soomro)

KBR, Jakarta – Pengembangan Listrik Surya Atap telah menjadi tren di berbagai negara untuk memenuhi kebutuhan listrik. Selain lebih bersih, penggunaan listrik surya atap (Solar PV Rooftop) juga bisa menjadi investasi dan mengurangi biaya ekonomi rumah tangga.

Pv (Photovoltaics) adalah alat untuk mengubah sinar matahari menjadi energi listrik. Energi listrik yang dihasilkan oleh PV dicampur dengan listrik PLN.

Saat siang hari, listrik yang dihasilkan oleh matahari disimpan dan masuk ke PLN, pada malam hari begitu banyak penggunaan listrik, listrik hasil PV dan masuk PLN bisa dipergunakan. Sehingga daripada menggunakan listrik dari PLN sepenuhnya, padahal ada tabungan listik dari PV, maka kita bisa menghemat saat membayar listrik di PLN karena sudah ada listrik dari matahari.

Alat listrik surya panel memiliki jaminan dari pabrik bisa bertahan hingga 25 tahun, asal tidak pecah atau retak. Pemerintah menargetkan energi surya yang dihasilkan melalui pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) mencapai 6,4 Giga Watt (GW) atau 6.400 Mega Watt (WM) pada tahun 2025. Namun sampai saat ini baru 90 MW yang terpasang.

Astiti Suhirman selaku Bussiness Director perusahaan riset pasar Kantar TNS melakukan survei terhadap 500 orang kalangan menengah ke atas di wilayah Jabodetabek. Sebanyak 30 persen menyatakan tertarik ingin membeli, sisanya tidak ingin membeli karena harganya mahal, dan pengetahuan masyarakat mengenai listrik surya atap masih rendah.

"Kemudian ketika kami perlihatkan manfaatnya, keinginan membeli naik lagi. Naik 30 persen. Jadi memang 30 persen adalah target market kami.  Potential buyer kami saat ini, dan hanya dua persen yang benar-benar early adopter dengan harga dan manfaat yang kita tawarkan," ujar Astiti saat diskusi di Double Tree Hotel, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (10/10/2018).

Salah satu perumahan yang dikembangkan Summarecon serpong, yaitu perumahan Symphonia sudah difasilitasi PV yang langsung terhubung dengan PLN.

“Ini sudah fasilitas, kami kasih sebagai bagian dari bundling. Jadi kami kalau beli rumah itu kan dapat pintu yah, nah ini dapat PV,” ujar Rachmat Taufick Hardi, Head of Planning & Design Property Development Region II.

Untuk mendukung penggunaan listrik tenaga surya, Direktur Aneka Energi Baru Terbarukan Ditjen EBTKE Harris Yahya sedang menggodok regulasi terkait hal ini. Dengan bentuk Peraturan Menteri (Permen) nantinya, regulasi tersebut akan mengakomodasi beberapa hal, di antaranya kemudahan dan insentif untuk berbagai pihak seperti sektor rumah tangga, komersial, sosial, pemerintah dan juga tidak lupa sektor industri.

"Peraturan ini sedang didiskusikan internal. Kami sudah melakukan public hearing, sudah mendapatkan masukan dari stakeholder, dan itu sudah diakomodasi dan juga ada diskusi di dalamnya. Saya tidak mau menargetkan kapan, tapi selama ini kami setiap hari melakukan progress terkait dengan itu," ujar Haris.

Meski banyak manfaat yang didapat, salah satu faktor kurangnya peminat adalah harga. Harga PV dibandrol Rp14 juta hingga Rp18 juta per satu Kilo Watt (KW). Tetapi harga alat listrik surya atap ini sudah jauh lebih murah, dari semula Rp100 juta.

Editor: Nurika Manan

  • PLN
  • Solar PV Rooftop
  • Energi Listrik
  • Matahari

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!