BERITA

Guru Intoleran, Murid Apa Kabar?

Aika Renata

Guru Intoleran, Murid Apa Kabar?
Sekjen Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI), Heru Purnomo. (FOTO : ANTARA)

KBR, Jakarta - Selain orang tua, guru punya peran penting membentuk nilai-nilai dan pemikiran para siswanya. Namun sungguh disayangkan tak sedikit tenaga pengajar khususnya guru muslim di Indonesia mempunyai opini atau sikap intoleransi dan radikalisme yang tinggi.  

Berdasarkan survei nasional yang dilakukan oleh Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Syarif Hidayatullah yang dirilis pada Selasa (16/10/2018) lalu menunjukkan sebanyak 57% guru memiliki opini intoleran terhadap pemeluk agama lain. Sedangkan 37,77% keinginan untuk melakukan perbuatan intoleran. Penelitian tersebut bertujuan untuk melihat pandangan serta sikap keberagamaan guru sekolah dan madrasah di Indonesia.


Sekjen Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI), Heru Purnomo mengungkapkan gelisahannya atas hasil survei itu.

"Ini sangat mengkhawatirkan. Dengan adanya sikap tidak menghormati adanya perbedaan maka guru cenderung akan mengajarkan siswanya menuju ke tujuan yang guru lakukan dengan sikap intoleran itu. Lama kelamaan kalau guru membenci non muslim, murid benci non muslim. Bisa memupuk perpecahan", kata Heru dalam wawancara dengan KBR pada Rabu (17/10/2018).

Masih ingat pepatah "guru kencing berdiri, murid kencing berlari"? Dalam hal ini mungkin ada benarnya. Sikap intoleransi yang dilakukan guru, bakal menular pada anak didiknya.


"Pengaruhnya (pada siswa) ya supaya siswa bisa memahami dan tidak mudah terjebak dalam sikap intoleransi. Kalau hal ini dibiarkan, lama kelamaan ini bisa jadi bahaya yang terpendam. Justru dengan adanya sikap perilaku yang dikembangkan oleh guru dan siswa bersama-sama melakukan intoleransi, ini bahaya bisa meledak tiap saat", tandas Heru.


Survei nasional PPIM UIN Syarif Hidayatullah yang dilakukan pada 6 Agustus hingga 6 September 2018 itu melibatkan sekira 2.237 responden guru muslim di 34 provinsi. Guru yang menjadi responden berada di semua jenjang pendidikan dasar dan menengah mulai TK/RA, SD/MI, SMP/MTs, hingga SMA/K/MA.


Selain itu, Heru juga menilai objek sampel yang diteliti kurang lengkap, namun demikian pihaknya tetap mengapresiasi hasil penelitian tersebut.


"Yang jadi objek penelitian itu sebagian besar guru bahasa, seni, olahraga, termasuk IPS. Sayangnya tidak ada guru PPKN, bisa beda tuh hasilnya. Karena guru PPKN cenderung beragam dan biasanya tidak bersikap intoleransi", lanjutnya.


Namun demikian, Heru berharap hasil penelitian ini bisa menjadi masukan bagi pemerintah khususnya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk melakukan pengawasan dan kontrol sosial terhadap guru-guru yang berpotensi menunjukkan sikap intoleransi. (mlk)

 

  • #intoleransi
  • #guru
  • Guru Intoleransi
  • intoleransi

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!