NASIONAL

Sempat Hampir Punah, Populasi Jalak Bali Kini Bertambah

"Kepala Balai Taman Nasional Bali Barat, Agus Ngurah Krisna mengungkapkan salah satu kunci keberhasilan meningkatkan populasi Jalak Bali."

Yuli Anisah

jalak bali
Populasi Jalak Bali terus bertambah di Taman Nasional Bali Barat. (Foto: ANTARA/Made Adnyana)

KBR, Jakarta - Populasi Burung Jalak Bali yang dua dasawarsa lalu tinggal tersisa 6 ekor, kini jumlahnya terus bertambah jadi 400-an ekor. Kepala Balai Taman Nasional Bali Barat, Agus Ngurah Krisna mengungkapkan salah satu kunci keberhasilan meningkatkan populasi Jalak Bali.

"Strategi yang berubah dalam pengelolaan jalak Bali adalah menambah lokasi pelepas liaran. Kalau dulu pelepas liaran hanya di Teluk Brumbun sekarang masih ada dan ditambah di Cekik dan Labuan Lalang. Kalau teluk berumbun itu habitatnya safana (hutan musim) pada musim kemarau tidak ada sumber air disana. Nah ini juga menjadi penghambat dari perkambangan populasi jalak bali," kata Kepala Balai Taman Nasional Bali Barat (TNBB) Agus Ngurah Krisna dalam acara Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN) 2022, pada (2/9/2022) di Bali.

Agus mengingatkan, 23 tahun silam pemerintah menetapkan Jalak Bali termasuk burung yang dilindungi. Bahkan 7 tahun setelahnya, satu lembaga konservasi alam dunia menetapkan Jalak Bali sudah hampir punah. 

Baca juga:

- BKSDA Jatim Evakuasi Tiga Satwa Dilindungi dari Warga

- Upaya Selamatkan Jalak Bali yang Terancam Punah

Diungkapkannya, pandemi COVID-19 membawa dampak positif terhadap populasi Jalak Bali dan satwa-satwa lain di Taman Nasional Bali Barat. Karena, selama pandemi, tidak ada pengunjung yang datang ke taman nasional. Dampaknya, satwa-satwa tidak terusik kehadiran pengunjung, dan mampu berkembang biak dengan baik.

Editor: Fadli Gaper
  • jalak bali
  • bali
  • taman nasional
  • Taman Nasional Bali Barat

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!