NASIONAL

Risiko Penularan Cacar Monyet, Berikut Sejumlah Antisipasi Pemerintah

"Pemerintah sedang dalam proses pemesanan Tecovirimat atau obat cacar dari Amerika Serikat, dan akan mendapat donasi Cidofovir dari Singapura. "

Siti Sadida Hafsyah

cacar monyet
Virus cacar monyet. (Foto: NIAID/Wikimedia/Creative Commons A 2.0 Generic)

KBR, Jakarta - Pemerintah telah mengumumkan satu kasus positif cacar monyet atau monkeypox beberapa waktu lalu. Penularan terjadi pada seorang warga Jakarta, laki-laki dan berusia 27 tahun. Ia merupakan pelaku perjalanan luar negeri (PPLN).

Pria tersebut kemudian melakukan isolasi mandiri, karena dinilai kondisinya stabil dan memilik gejala ringan. Gejala yang dialami antara lain demam dan ruam di telapak tangan, kaki dan muka.

Pascatemuan itu, sejumlah upaya dilakukan pemerintah. Di antaranya dengan memperketat skrining di pintu-pintu masuk kedatangan luar negeri. Perintah pengetatan disampaikan Presiden Joko Widodo.

"Sudah saya perintahkan kepada Menkes yang pertama urusan vaksin segera. Yang kedua, untuk tempat-tempat yang interaksinya tinggi, kemudian gerbang-gerbang masuk ke negara kita betul-betul dicek secara ketat," kata Jokowi dalam keterangannya usai meninjau progres renovasi Taman Mini Indonesia Indah, di Jakarta, pada Selasa, 23 Agustus 2022.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin merespons perintah dari presiden, dengan sejumlah upaya. Antara lain menguatkan deteksi dengan peningkatan kapasitas laboratorium, serta menyiapkan logistik peralatan diagnostik. Upaya lain adalah melibatkan komunitas populasi kunci atau kelompok-kelompok berisiko tinggi terinfeksi.

"Surveilansnya ini menggunakan PCR, jadi kita sudah punya lebih dari 1.000 lab PCR di seluruh Indonesia, dan kita sudah mendistribusikan reagen-reagennya ke kota-kota besar di seluruh Indonesia, yang memiliki potensi terkena monkeypox. Dan kita sudah membangun jaringan genom sekuensing untuk bisa mendeteksi varian dari monkeypox ini," imbuhnya.

Baca juga:

Pada strategi terapeutik atau terapi, pemerintah mempersiapkan logistik obat-obatan yang diperlukan. 

Saat ini, pemerintah sedang dalam proses pemesanan Tecovirimat atau obat cacar dari Amerika Serikat, dan akan mendapat donasi Cidofovir dari Singapura. 

Menkes Budi Gunadi mengakui, risiko penularan cacar monyet hingga kini masih berlangsung di dunia.

“Ini di dunia naik terus memang 48 ribu kasus di 94 negara. Cuma kematiannya rendah sekali, karena dia menyerang kulit. 13 kematian jadi sekitar 0,02 persen. Dan kematiannya bukan karena virus cacar monyetnya, bisa pneumonia atau juga meningitis, bisa menyebabkan infeksi di paru-paru dan juga di daerah otak. Di Asia yang paling banyak, Australia dan Singapura. Kalau di negara-negara di luar kita adalah Amerika dan Eropa,” kata Budi dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan DPR, Selasa (30/8/2022).

Untuk meminimalisir risiko penyebaran, pemerintah juga mempersiapkan vaksinasi cacar monyet. 

Menteri Budi mengklaim penyebaran cacar monyet di Indonesia tidak semasif di negara lain. Kata dia, dari 42 kasus yang dianalisis, 38 terkonfirmasi bukan cacar monyet, 3 sedang dalam proses penelitian, dan satu positif monkeypox.

"Dari segi vaksinasi kita sudah memesan vaksinnya 2.000 dosis dari Bavarian Nordic dibantu dengan KBRI Denmark, karena ini ada vaksin monkeypox di sana," tuturnya.

Terkait rencana vaksinasi, Ketua Satgas Monkeypox Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Hanny Nilasari merekomendasikan agar vaksin cacar monyet diperuntukkan bagi kelompok masyarakat rentan tertular, tidak untuk semua orang seperti Covid-19.

"Tetapi khusus untuk tenaga kesehatan tentunya sebelum kita melakukan kontak dengan pasien kita juga perlu diberikan vaksinasi jadi itu juga merupakan salah satu indikasi yang direkomendasikan kepada seluruh tenaga kesehatan. Jadi sebetulnya memang dasarnya vaksin ini tidak diindikasikan untuk masyarakat umum, tetapi pada orang-orang berisiko tinggi ataupun pada tenaga kesehatan," ucap Hanny dalam konferensi pers daring, Jumat, (26/8/2022).

Baca juga:

Sosialisasi di daerah

Selain penguatan deteksi dan vaksinasi, sosialisasi juga menjadi bagian penting dari antisipasi penularan penyakit menular. 

Di kota Ambon misalnya, Kepala Dinas Kesehatan kota Ambon, Wendy Pelupessy menggencarkan sosialisasi soal ciri-ciri dan gejala cacar monyet kepada masyarakat.

“Meski kasusnya belum ada, Pemkot Ambon mengambil langkah antisipasi, mensosialisasikan ciri-ciri penyakit kepada warga yang datang menerima pelayanan kesehatan di puskesmas dan rumah sakit,” kata Wendy pada KBR Rabu (24/08).

Wendy juga meminta kepada masyarakat Kota Ambon menerapkan pola hidup bersih dan sehat dalam aktivitas keseharian untuk mencegah penularan. 

Sementara di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, pemerintah setempat melakukan sosialisasi secara khusus ke sejumlah kalangan, seperti komunitas LGBT serta kelompok lain yang rentan penularan.

Di samping itu, Kepala Dinas Kesehatan Banyuwangi Amir Hidayat juga menggandeng pelaku pariwisata di sana untuk sosialisasi. Antara lain dari Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Banyuwangi.

“Informasi ini menjadi kewaspadaan kita semua, tidak hanya di jajaran kesehatan tapi juga juga di teman-teman pengusaha, pengelola pariwisata. Jadi jika ada informasi seperti ini langsung kita share kepada dinas kebudayaan dan pariwisata supaya minimal ada warning. Kita informasikan segera seperti ini kepada dinas kebudayan dan pariwisata saya berharap yang mengkomunikasikan seperti ini adalah teman- teman yang menjadi pemegang kebijakan,”ujar Amir Hidayat, Jumat (26/8/2022) di Banyuwangi. 

Amir Hidayat menilai sosialisasi terhadap pelaku wisata ini penting, mengingat kasus penyakit cacar monyet penularannya pertama kali dideteksi dari luar negeri.

Editor: Agus Luqman

  • cacar monyet
  • antisipasi
  • vaksin cacar monyet

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!