BERITA

Hujan Buatan Gagal Dilakukan, Siti Nurbaya Akui Kurang Personil

"Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mengaku terkendala kurangnya personil dan pesawat untuk melakukan rekayasa cuaca hujan buatan."

Nurji

Hujan Buatan Gagal Dilakukan, Siti Nurbaya Akui Kurang Personil
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya. Foto: KBR/AIsyah Khairunnisa

KBR, Jakarta- Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya  mengaku kurangnya personil serta pesawat mengakibatkan BPPT tidak dapat membuat rekayasa hujan buatan. Sementara izin dari kementrian perhubungan untuk penggunaan pesawat juga baru dikeluarkan akhir pekan lalu. Oleh karena itu ia mengira ada hambatan mobilisasi dalam praktiknya. 

"Karena izinya baru keluar hari Sabtu, izin dari kementrian (perhubungan), jadi kemungkinan mobilisasinya baru hari Senin. Kedua, itu dananya seluruhnya ada di BNPB bukan kita, yang dikementrian itu ada juga untuk membuat oprasional satuan tugas kita yang dilapangan yang disebut manggala agni," ungkapnya dikomplek Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Selasa (8/9/2015).

Terkait upaya pemadaman api, Siti Nurbaya mengatakan kedepan Kementrian LHK akan memberdayakan masyarakat lewat pendekatan sosial. Pasalnya, di beberapa daerah di kawasan Jambi dan Sumsel banyak ditemukan titik api yang berdekatan dengan pemukiman warga penanggulangan dilakukan oleh warga dengan bantuan oprasional pemerintah.

Sebelumnya, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) terkendala kurangnya personil dan pesawat untuk melakukan rekayasa cuaca hujan buatan. Sehingga, tak ada lagi tim untuk melakukan rekayasa cuaca di Jambi dan Sumatera Selatan. Selain itu, pesawat dengan jarak tempuh tertentu jumlahnya pun terbatas. 

Editor: Malika

  • Hujan Buatan
  • rekayasa hujan buatan
  • siti nurbaya
  • BPPT
  • kabut asap
  • Kebakaran Hutan

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!