NASIONAL

Percetakan Diduga Curang, Distribusi Buku Kurikulum 2013 Macet

"KBR, Jakarta- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menyatakan, sebuah perusahaan percetakan rekanan Kemendikbud diduga berbuat curang dengan menjual buku kurikulum 2013 ke pasar."

Abu Pane

Percetakan Diduga Curang, Distribusi Buku Kurikulum 2013 Macet
percetakan, distribusi, kurikulum

KBR, Jakarta- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menyatakan, sebuah perusahaan percetakan rekanan Kemendikbud diduga berbuat curang dengan menjual buku kurikulum 2013 ke pasar. Mendikbud Muhammad Nuh mengklaim, kecurangan tersebut menjadi salah satu penyebab macetnya distribusi buku kurikulum 2013 ke sejumlah sekolah di berbagai daerah. Untuk mencegah kejadian serupa, pihaknya telah meminta Kepolisian Indonesia untuk mengawasi pendistribusian buku kurikulum 2013.

"Saya sudah survey lapangan. Buku yang kita cetak ini, misalnya buku SD, itu harganya sekitar Rp 8 ribu sampai Rp 9 ribu dengan 100 sampai 120 halaman. Itu diceta berwarna. Kalau dicek di toko buku, dengan 120 halaman itu, itu harganya sekitar Rp  40 ribu sampai Rp 50 ribu. Oleh karena itu kami pun menengarai, ada buku yang dijual ke tempat lain. Tida dikirim ke sekolah," ujar Nuh di Jakarta, Kamis (14/8).

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhammad Nuh menilai bahwa sampai saat ini sudah terdapat 4 perusahaan rekanan Kemendikbud yang dinilai tidak becus mendistribusikan buku kurikulum 2013. Keempat perusahaan tersebut telah diputus kontraknya. Namun Nuh tidak bersedia mengungkap profil 4 perusahaan itu. Nuh juga mengatakan salah satu perusahaan tersebut mengaku kehabisan modal untuk mendistribusikan buku kurikulum 2013. Sebab modalnya sudah habis untuk mencetak logistik Pemilu pesanan Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang juga menjadi rekanan perusahaan buku tersebut.


Editor: Luviana


  • percetakan
  • distribusi
  • kurikulum

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!