NASIONAL

Kisah Seputar Proklamasi, Dari Mesin Ketik Pinjaman Sampai Nasib Bendera Merah Putih (II)

"Setelah ditulis Bung Karno, dia meminta Sayuti Melik untuk mengetik naskah proklamasi tersebut. Namun di rumah Maeda tak ada mesin ketik."

Antonius Eko

Kisah Seputar Proklamasi, Dari Mesin Ketik Pinjaman Sampai Nasib Bendera Merah Putih (II)
proklamasi kemerdekaan, soekarno, hatta

KBR, Jakarta - Di bagian pertama dikisahkan upaya Soekarno-Hatta menyusun naskah proklamasi di rumah Laksamana Maeda. Isi naskah proklamasi lahir dari Bung Hatta dan Achmad Soebardjo. Sementara Bung Karno menuliskannya. 


Setelah ditulis Bung Karno, dia meminta Sayuti Melik untuk mengetik naskah proklamasi tersebut. Namun di rumah Maeda tak ada mesin ketik. Untung ada pembantu rumah tangga Maeda bernama Satsuki Mishima yang punya ide untuk meminjam mesin ketik ke kantor militer Jerman. 


Redaktur majalah Historia, Hendri Isaneni bercerita, Sayuti Melik kemudian mengetik naskah proklamasi. Dia berinisiatif untuk melakukan beberapa perubahan. Misalnya, Soekarno menulis ‘tempoh’ dengan huruf H. itu diubah oleh Sayuti menjadi ‘tempo’. Soekarno juga menulis ‘wakil-wakil bangsa Indonesia’ itu diganti menjadi ‘atas nama bangsa Indonesia’ dengan menambahkan nama Soekarno-Hatta. 


“Yang juga diubah oleh Sayuti Melik adalah mengenai tempat dan tanggal. Soekarno menulis ‘Jakarta, 17-8-05. Angka terakhir 05 adalah tahun Showa, tahunnya Jepang, sama dengan 1945. Iru diganti menjadi ‘Jakarta, hari 17, bulan 8, tahun 05.”


Sayuti Melik kemudian menyerahkan hasil ketikannya itu ke Soekarno dan diumumkan di depan anggota PPKI. Muncul perdebatan siapa yang menandatangani naskah itu. Bung Hatta ingin naskah diteken oleh semua yang hadir di situ, terutama anggota PPKI. Bung Hatta ingin seperti dokumen kemerdekaannya Amerika Serikat. 


Tapi dari kalangan pemuda, salah satunya Sukarni, menolaknya. Dia menyebut anggota PPKI telah bekerja sama dengan Jepang. Sukarni usul agar Soekarno-Hatta saja yang membubuhkan tanda tangan. 


Naskah Asli Diselamatkan BM Diah 


Hendri Isnaeni bercerita, ketika Sayuti Melik memberikan hasil ketikannya ke Soekarno, naskah proklamasi yang asli tergeletak begitu saja di meja. Untungnya ada wartawan bernama BM Diah. Dialah yang mengamankan naskah itu. Dia menyimpan dengan baik tulisan tangan itu selama 47 tahun dan baru diserahkan pada Soeharto tahun 1993. 


“Kondisi naskah masih rapi. BM Diah menyebut ‘saya merawatnya dengan sangat baik’. Bahkan kemana pun dia pergi, dalam perjalanan ke luar kota dan luar negeri, naskah itu selalu dibawanya,”ungkap Hendri Isnaeni. 


Lain halnya dengan naskah hasil ketikan Sayuti Melik. Soekarno sempat menyerahkan naskah itu ke Tan Malaka. Dilengkapi secarik surat wasiat yang berisi perintah apabila terjadi sesuatu pada Soekarno-Hatta, pimpinan perjuangan akan diteruskan oleh empat orang, pertama Tan Malaka, kemudian Sutan Syahrir, Wongsonegoro dan Iwa Kusuma Sumantri. 


Tan Malaka kemudian keliling Jawa. Namun akhirnya dia meninggal ditembak mati. Setelah lama menghilang naskah ketikan itu muncul di tahun 1960-an dan dibacakan oleh ketua MPRS Abdul Haris Nasution. 


“Ceritanya, setelah Tan Malaka meninggal, ketikan itu diserahkan ke pengikutnya bernama Syamsu Harya Udaya. Syamsu, bersama ibu SK Trimurti dan DN Aidit menyerahkannya kepada Soekarno. Setelah menerima naskah itu, Soekarno merobek surat wasiatnya, tambah Hendri.


Baca cerita selanjutnya: Kisah Seputar Proklamasi, Dari Mesin Ketik Pinjaman Sampai Nasib Bendera Merah Putih (III) 


Baca cerita sebelumnya: Kisah Seputar Proklamasi, Dari Mesin Ketik Pinjaman Sampai Nasib Bendera Merah Putih (I)

 



  • proklamasi kemerdekaan
  • soekarno
  • hatta

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!