KBR, Semarang - Bank Indonesia mengungkapkan nilai tukar rupiah Juli 2022 mengalami depresiasi lebih besar daripada bulan Juni 2022.
Gubernur BI, Perry Warjiyo mengatakan saat ini depresiasi nilai tukar mata uang regional dialami oleh sejumlah negara, tak terkecuali Indonesia.
“Nilai tukar rupiah mengalami tekanan yang meningkat sebagaimana juga dialami oleh mata uang regional lainnya di tengah ketidakpastian pasar global yang meningkat tinggi. Nilai tukar pada tangal 20 Juli 2022 terdepresiasi 0,6% point-to-point dibandingkan akhir Juni 2022, namun dengan volatilitas yang terjaga,” kata Perry dalam siaran pengumuman hasil rapat Dewan Gubernur BI bulanan Juli 2022, Kamis (21/7/2022).
Baca juga:
- Tekan Depresiasi Rupiah dan Inflasi, Ini Saran CSIS
- BI Perkirakan Inflasi Harga Konsumen 2022 Lampaui Batas Atas
Gubernur BI Perry Warjiyo menyatakan depresiasi tersebut sejalan dengan tingginya ketidakpastian pasar keuangan global akibat pengetatan kebijakan moneter yang lebih agresif di berbagai negara sebagai respons dari peningkatan inflasi serta perlambatan ekonomi global.
Meski begitu, depresiasi nilai tukar rupiah bulan ini dikatakan relatif masih lebih baik dibandingkan dengan yang terjadi di sejumlah negara berkembang lainnya, seperti Malaysia (6,4%), India (7,07%), dan Thailand (8,88%).
Bank Indonesia mengatakan pertumbuhan perekonomian global diperkirakan akan lebih rendah daripada proyeksi sebelumnya. Hal ini dipengaruhi oleh inflasi global yang salah satunya disebabkan oleh gangguan rantai pasokan pangan dan energi akibat gejolak geopolitik Rusia dan Ukraina yang masih terus berlangsung.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2022 sendiri diperkirakan bias ke bawah dalam kisaran 4,5-5,3%. Namun, perbaikan ekonomi domestik dikatakan akan terus berlanjut dengan baik.
Editor: Agus Luqman