BERITA

Jangan Lewatkan Kesempatan, Segera Vaksin COVID-19!

""Mau Sinovac, Sinopharm, AstraZeneca, itu sudah mendapat EUA dari WHO. Artinya standarnya sesuai WHO. Dan vaksin itu ketersediaannya terbatas. Ketika kita dapat kesempatan, yuk segera disuntik!""

Astri Septiani, Astri Yuanasari

Jangan Lewatkan Kesempatan, Segera Vaksin COVID-19!
Petugas menyuntikkan vaksin Sinovac ke siswa SMP di Denpasar, Bali, Senin (5/7/2021). (Foto: ANTARA/Nyoman Hendra)

KBR, Jakarta - Pemerintah terus berupaya mempercepat pelaksanaan vaksinasi Covid-19. Target yang dipasang terus meningkat, dengan harapan Indonesia bisa segera mencapai herd immunity atau kekebalan kelompok.

Masyarakat juga diimbau tak pilih-pilih vaksin serta tak melewatkan kesempatan untuk segera divaksin.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyatakan pemerintah terus mendorong percepatan vaksinasi masyarakat untuk menekan penyebaran virus Covid-19 terutama varian Delta.

Menurut Budi, Presiden Joko Widodo menargetkan penyuntikan vaksin Covid-19 bisa mencapai 5 juta dosis per hari.

"Bapak Presiden mengharapkan agar dipastikan satu juta vaksinasi di Juli ini terus dicapai. Beliau juga ingin Agustus nanti mencapai 2 juta perhari, dan dia juga menambahkan kalau perlu bisa dinaikkan sampai 5 juta," kata Budi dalam dalam konferensi pers daring, Selasa (6/7/2021).

Budi menambahkan, target suntikan satu juta dosis vaksin per hari di bulan Juli ini bisa terus tercapai, mengingat pemerintah sudah memperoleh tambahan pasokan vaksin Covid-19 sebanyak 31 juta dosis.

Masyarakat juga diminta tidak pilih-pilih soal vaksin Covid-19 yang disediakan pemerintah.

Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia Dicky Budiman mengatakan semua jenis vaksin Covid-19 memiliki fungsi yang sama, yaitu memberikan proteksi atau perlindungan dari virus korona.

Karena itu, Dicky mendorong masyarakat tak melewatkan kesempatan untuk divaksin Covid-19.

"Kalau tidak bisa memberikan proteksi, tentu WHO enggak akan mengeluarkan izin daruratnya. Karena mereka sudah memenuhi standar internasional, minimal untuk memberikan proteksi terhadap terjadinya infeksi Covid-19. Jadi kalau ada ya harus diambil," kata Dicky kepada KBR, Minggu (4/7/2021).

Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman menilai cakupan vaksinasi di Indonesia masih rendah. Capaiannya, masih jauh dari target herd immunity atau kekebalan kelompok, yakni minimal 70 persen dari jumlah populasi penduduk yang divaksin.

Dicky mengatakan selama jumlah orang yang divaksin di Indonesia belum memadai dan belum mencapai herd immunity, maka angka kesakitan akan terus tinggi.

Karena hoaks

Di sisi lain, pemerhati imunisasi dari Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI), Julitasari Sundoro menyoroti masih banyaknya kabar bohong atau hoaks seputar vaksin dan vaksinasi Covid19 di masyarakat.

Julitasari mengatakan beredarnya hoaks vaksin ini merugikan program vaksinasi dan bisa berimbas pada rendahnya cakupan vaksinasi. Ia mengimbau masyarakat bijak dalam memilih informasi dan memastikan dari sumber-sumber informasi yang terpercaya.

"Kita harus mendapat penjelasan dari institusi yang kredibel dan dapat dipercaya. Misalnya, Kementerien Kesehatan atau Kemenkominfo, dan sebagainya. Jangan mentah-mentah berita diterima. Kita baca dulu. Kalau ragu, kita harus kroscek, jangan langsung disebarkan. Kalau misalnya mendengar bahwa habis imunisasi kok demam, nyeri pegel. Kita kan tahu waktu imunisasi bayi juga begitu, sama. Padahal semua normal. Reaksi itu respon imun tubuh kita yang akan membentuk antibodi," kata Julitasari pada diskusi daring, Sabtu (3/6/21).

Juru bicara Vaksinasi Covid-19 dari Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi mengajak masyarakat untuk segera divaksin.

Ia memastikan semua vaksin yang digunakan pemerintah Indonesia aman. Ia meminta masyarakat tak menyia-nyiakan kesempatan untuk memperoleh vaksinasi covid-19 segera.

Percepatan vaksinasi dibutuhkan untuk menekan laju kasus Covid-19 di tanah air dan juga mempercepat target kekebalan kelompok.

"Mau Sinovac, Sinopharm, AstraZeneca, itu sudah mendapat EUA dari WHO. Artinya standarnya sesuai WHO. Dan vaksin itu ketersediaannya terbatas. Ketika kita dapat kesempatan, yuk segera disuntik, jangan tunda tunda. Kalau kita menunda, berarti kita membiarkan diri kita untuk sakit Covid-19. Jadi enggak usah bingung, enggak usah ragu-ragu. Udah divaksin aja. Ga usah ukur-ukur. Daripada repot ngukur antibodi, yang penting protokol kesehatan, yuk lebih ketat dan malah enggak kendor," kata Siti Nadia pada diskusi daring (30/6/21).

Editor: Agus Luqman

  • Covid-19
  • pandemi
  • vaksinasi
  • sinovac
  • Sinopharm
  • Astrazeneca
  • kekebalan komunal

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!