NASIONAL

BKKBN Sebut Kesadaraan Ber-KB di Indonesia Masih Rendah

"Minimnya kesadaran KB ini berkontribusi pula pada tingginya aborsi di Indonesia. Dari total 5 juta kehamilan di Indonesia per tahunnya, ada 0,2 juta di antaranya berujung pada aborsi."

Angela Ranitta

keluarga berencana
Warga melintas mural bertema keluarga berencana (KB) di Solo, Jawa Tengah, Senin (28/9/2020). (Foto: ANTARA/Maulana Surya)

KBR, Semarang - Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengungkapkan bahwa kesadaran perencanaan keluarga di kalangan masyarakat Indonesia relatif masih rendah.

Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo mengatakan selama ini hanya seperempat dari angka kehamilan nasional tahunan saja yang langsung menggunakan kontrasepsi setelah melahirkan.

“Dari yang melahirkan itu sebenarnya yang kemudian langsung ber-KB itu hanya 29 persen. Lah, padahal mereka kalau ditanya, 'Apakah Anda itu mau hamil lagi di tahun ini juga?' jawabannya tidak. 'Tapi apakah Anda menggunakan kontrasepsi?' jawabannya juga tidak," tutur Hasto Wardoyo dalam Kick Off Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2022, Kamis (16/6/2022).

"Inilah yang kita masih terus bekerja keras dan selalu dievaluasi melalui suatu survei yang terpercaya dan bisa menjadi ukuran yang dipercaya oleh nasional maupun internasional,” tambah Hasto.

Baca juga:


Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo mengatakan minimnya kesadaran KB ini berkontribusi pula pada tingginya aborsi di Indonesia.

Ia menyebutkan, dari total 5 juta kehamilan di Indonesia per tahunnya, ada 0,2 juta di antaranya berujung pada aborsi.

Salah satu upaya yang telah dilakukan oleh BKKBN untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan memberikan izin pengadaan layanan kontrasepsi oleh bidan praktik swasta.

Sebelumnya, layanan kontrasepsi hanya bisa diakses di fasilitas kesehatan setingkat puskesmas atau klinik pratama.

Perubahan kebijakan ini diharapkan dapat semakin meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menggunakan alat kontrasepsi sebagai bagian dari perencanaan keluarga.

Stunting

Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo menambahkan jarak kehamilan satu dengan kehamilan lain yang terlalu dekat juga bisa menyebabkan stunting pada anak.

Tidak hanya stunting, interval kehamilan yang terlalu dekat tersebut juga dapat meningkatkan risiko lahirnya anak penyandang autisme.

Oleh karena itu, BKKBN akan terus mendorong penggunaan alat kontrasepsi sebagai bagian dari perencanaan keluarga.

Salah satunya dengan pengadaan layanan kontrasepsi di fasilitas kesehatan yang tingkatannya berada di bawah puskesmas atau klinik pratama, seperti bidan praktik mandiri.

Baca juga:


Editor: Agus Luqman

  • bkkbn
  • keluarga berencana
  • stunting
  • KB
  • kontrasepsi
  • kehamilan

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!