BERITA

Resep Pemulihan Ekonomi, Pilih Work From Bali atau Dongkrak Konsumsi Rumah Tangga?

"Menimbang Work From Bali dianggap tidak terlalu efektif, INDEF menyarankan pemerintah lebih mendorong peningkatan konsumsi, yang selama ini jadi faktor utama penyumbang pertumbuhan ekonomi."

Astri Septiani, Adonia Bernike

Resep Pemulihan Ekonomi, Pilih Work From Bali atau Dongkrak Konsumsi Rumah Tangga?
Aktivitas perdagangan yang mulai menggeliat di pasar rakyat Al Mahirah, Banda Aceh, Jumat (4/6/2021). (Foto: ANTARA/Irwansyah Putra)

KBR, Jakarta - Wacana program kerja dari Bali, atau "Work From Bali" bagi aparatur sipil negara dianggap dapat meningkatkan kepercayaan wisatawan domestik, yang bermuara pada pemulihan ekonomi.

Namun, sebagian pihak menganggap program ini tak berdampak banyak bagi perekonomian nasional. Pemerintah didorong lebih memprioritaskan peningkatan konsumsi rumah tangga yang saat ini masih lesu.

Saat ini, konsumsi rumah tangga yang selama ini menjadi andalan untuk menumbuhkan ekonomi Indonesia masih lesu akibat hantaman pandemi Covid-19 yang sudah lebih dari setahun melanda Indonesia.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada triwulan pertama 2021 konsumsi rumah tangga Indonesia minus 2,23 persen.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan kondisi ini menjadi tantangan sebab konsumsi rumah tangga---serta satu komponen lagi yaitu investasi---memberi andil besar terhadap pertumbuhan ekonomi.

Dua komponen itu menyumbang 88,91 persen dari total Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada triwulan pertama 2021.

"Kita berharap pandemi bisa terkendali, pendapatan rumah tangga meningkat sehingga konsumsi rumah tangga yang merupakan salah satu komponen penting PDB dari sisi pengeluaran bisa mengalami perbaikan di triwulan selanjutnya," kata Suhariyanto saat konferensi pers daring, Rabu (5/5/2021).

Di tengah situasi menurunnya konsumsi rumah tangga, pemerintah mengeluarkan wacana memberlakukan program Work From Bali (WFB) bagi Aparatur Sipil Negara (ASN).

Program itu rencananya diterapkan bagi ASN di Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman serta tujuh kementerian lembaga di bawahnya.

Meski begitu, Direktur Eksekutif INDEF Tauhid Ahmad menilai program ini tak bakal banyak berdampak bagi pemulihan ekonomi.

Ia justru menyarankan pemerintah lebih aktif mendorong peningkatan konsumsi, yang selama ini jadi faktor utama penyumbang pertumbuhan ekonomi dalam negeri.

"Tapi menurut saya efektivitasnya (Work from Bali) kecil yang mengikuti itu. Secara fisik belum terlalu efektif. Konsumsi masyarakat saya kira kan kuncinya, bagi kelompok masyarakat bawah, adalah meningkatkan daya beli mereka. Maka masih dibutuhkan bantuan sosial. Dan masyarakat bawah, nilai bantuannya saya rasa harus ditambah dengan cara merealokasikan bantuan-bantuan yang tidak tepat sasaran di tahun 2020, sehingga bisa ditambahkan kepada kelompok masyarakat paling tidak 10 persen yang terbawah," kata Tauhid saat dihubungi KBR, Jumat (4/6/21).

Selain itu, Tauhid Ahmad mendorong pemerintah melakukan percepatan vaksinasi sehingga perekonomian bisa berjalan, daya beli meningkat, dan konsumsi juga meningkat sehingga bisa meningkatkan perekonomian Indonesia.

Berat dongkrak tingkat konsumsi

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengakui butuh upaya yang sangat berat untuk mencapai target pertumbuhan konsumsi rumah tangga. Sebab daya beli masyarakat dan konsumsi masih bergantung pada perkembangan kasus COVID-19.

Ia menyatakan pemerintah berupaya mendorong konsumsi rumah tangga, supaya komponen andalan ini bisa mendongkrak pertumbuhan Indonesia.

“Kontribusi dari komponen yang menyumbangkan pertumbuhan ekonomi 2022, konsumsi tumbuh antara 5,1 sampai 5,3 persen. Ini sesuatu yang sebenarnya sangat cukup berat untuk dicapai. Kita tahu tingkat konsumsi tergantung COVID-19. Jika terkendali dan vaksinasi sukses, pasti pent-up demand dan konsumsi bisa kembali lagi. Namun kalau tidak, ini akan mudah meleset ke bawah,” kata Sri Mulyani di Komisi XI DPR, Rabu (2/6/2021).

Sebelumnya, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 7 persen pada kuartal kedua 2021, dan 5,3 persen secara keseluruhan tahun 2021.

Selain itu, untuk tahun 2022 pemerintah memasang target pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, yakni di kisaran 5,2 hingga 5,8 persen.

Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR RI Said Abdullah yakin pertumbuhan ekonomi nasional bisa menyentuh 5,5 persen di tahun 2022.

Said mengatakan komponen penyumbang pertumbuhan ekonomi terbesar yakni konsumsi rumah tangga, investasi dan ekspor bakal meningkat. Dengan catatan, jika kondisi pandemi di dalam negeri membaik.

"Kenapa saya optimistis 5,5 bisa dicapai karena ada pent-up demand dimana kelompok menengah ke atas yang selama ini permintaan belanja atau ngebet belanjanya ketahan, dengan kondisi Covid yang mulai menurun maka tingkat konsumsi akan makin tinggi," kata Said Abdullah di kanal Youtube DPR RI (3/6/2021).

Editor: Agus Luqman

  • INDEF
  • COVID-19
  • pandemi covid-19
  • Sri Mulyani
  • work from bali
  • Pemulihan Ekonomi
  • BPS
  • Konsumsi Masyarakat

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!