BERITA

DPR: Indonesia Defisit Energi Pada 2019

"Sampai saat ini belum banyak terobosan yang dilakukan untuk menciptakan energi baru."

Aisyah Khairunnisa

DPR: Indonesia Defisit Energi Pada 2019
Ilustrasi Energi

KBR, Jakarta – Komisi Energi DPR memperkirakan Indonesia akan menghadapi defisit energi pada 2019. 

Ketua Komisi Energi DPR Kardaya Warnika mengatakan, pemerintah seringkali menyebut Indonesia kaya akan energi. Padahal energi itu akan habis dan sampai saat ini belum banyak terobosan yang dilakukan untuk menciptakan energi baru.

“Minyak kita ngakunya kaya. Padahal kita cuma punya 0,2 persen. Gas ngakunya kaya, dengan Belanda yang negaranya kecil aja lebih kaya Belanda. Sekarang batu bara, tadi asosiasi (Indonesia Mining Association –red) bilang 0,5 persen. Pemerintah mengatakan 0,6 persen dari sisi pemerintah selalu ingin dikatakan kaya. Dari sisi energi harus diingat bahwa kita 2019 itu defisit energi kalau kita tidak melakukan terobosan-terobosan,” kata Kardaya dalam diskusi energi di Jakarta, Minggu (24/5/2015).

Kardaya menambahkan, jika ingin selamat dari defisit energi, sebelum 2019 pemerintah harus bisa mengembangkan sumber energi yang terbarukan. Misalnya memaksimalkan tenaga air untuk menjadi listrik. Seperti mini hydro yang dikembangkan di Sumatera. Tenaga air ini, kata Kardaya, bisa mengeluarkan listrik dalam dua tahun. 

Meski begitu Kardaya setuju jika pemerintah ingin mencari sumber minyak baru untuk mengantisipasi defisit BBM. Namun pencarian minyak bisa memakan waktu yang lama, hingga 15 tahun. 

“Cari minyak dari nyari sampai produksi 15 tahun paling pendek. Cari minyak oke. Untuk jangka panjang harus.Tetapi untuk menyelamatkan kita dalam 3 tahun ini tidak kelihatan,” kata Kardaya.

Salah satu upaya mengantisipasi defisit minyak itu, lanjut Kardaya adalah merevisi UU Minerba yang masuk dalam Program Legislasi Nasional (Prolegnas) di DPR tahun 2015. 

Editor: Agus Luqman 

  • Energi
  • Defisit
  • DPR
  • Kardaya Warnika

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!