NASIONAL

KWI: Peradaban Politik Indonesia Semakin Terjal

"Terkuaknya berbagai kasus korupsi di negeri ini, di satu sisi menunjukkan realitas buruk politik, dan di sisi lain bisa menjadi secercah harapan pemberantasan korupsi. Satu per satu pejabat yang terlibat mulai diusut keterlibatannya. Publik menunggu, akan"

Suara Gratia

KWI: Peradaban Politik Indonesia Semakin Terjal
KWI

KBR68H, Cirebon - Terkuaknya berbagai kasus korupsi di negeri ini, di satu sisi menunjukkan realitas buruk politik, dan di sisi lain bisa menjadi secercah harapan pemberantasan korupsi. Satu per satu pejabat yang terlibat mulai diusut keterlibatannya. Publik menunggu, akankah secercah harapan itu merupakan kesungguhan penegak hukum untuk memberantas korupsi atau sekedar angin lalu.

Hal ini diungkapkan, Sekretaris Eksekutif Komisi Hubungan Agama dan Kepercayaan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) Romo Benny Susetyo, Pr dalam seminar Nasionalisme dan Kebangkitan Ekonomi Indonesia, yang diprakarsai oleh Forum Indonesia Bangkit Cirebon.

Ia mengatakan, wajah peradaban politik semakin suram, karena korupsi yang tampak dibiarkan dan tidak dianggap sebagai masalah serius. Terutama, ketika bagian utama kekuasaan justru berada sangat dekat dengan skandal tersebut.

“Semua serba ditutup-tutupi, dipolitisasi, direkayasa, dan bahkan masih dicitrakan sedemikain rupa agar tampak baik-baik saja,” tegas Benny. Ia melanjutkan, hal ini terjadi karena partai politik tempat mereka digembleng, sejak awal tidak memiliki kepekaan terhadap mereka yang tertindas.

Selain itu, kekuasaan yang telah diraih sering menjadi bumerang untuk melupakan rakyatnya dan ritus seperti ini terus berlangsung tanpa ada perubahan untuk memperbaiki, apa sebenarnya yang ingin diperjuangkan oleh sebuah partai politik. Romo Benny menjelaskan, kekuasaan yang semestinya menjadi alat untuk memperbaiki kesejahteraan rakyat, nyatanya diselewengkan hanya untuk kepentingan pribadi dan golongan. “Kekuasaan telah melenakan penguasa dan kekuasaan hanyalah medium kejahatan bagi para politisi karbitan untuk memperkaya diri,” jelas Benny.

Menurutnya, inilah yang membuat negeri ini semakin hari tidak semakin kuat, malah menjadi semakin rapuh dan keropos. Bangunan politik hanya dilandasi dengan kepentingan material, akibatnya politik menjadi sandaran para pemodal. Lebih lanjut ia menambahkan, negeri ini membutuhkan perubahan secepat-cepatnya, atau semua ini akan mewarnai wajah gelap masa depan bumi Indonesia.

“Kita membutuhkan momentum untuk berubah, sebelum semuanya terlambat,” tegasnya. Karena, lanjut Benny, Indonesia bukan milik generasi hari ini saja, melainkan akan diwariskan pada generasi mendatang. Maka dari itu, makna berpolitik dan berkekuasaan harus ditegaskan kembali, bahwa berpolitik semata-mata hanya untuk kepentingan perjuangan semesta untuk membangun Indonesia menjadi bangsa yang makmur dan luhur.

Romo Benny Susetyo, Pr (tengah) hadir sebagai narasumber dalam seminar “Nasionalisme dan Kebangkitan Ekonomi Indonesia” yang digagas oleh Forum Indonesia Bangkit Cirebon.

Sumber: Suara Gratia

  • KWI

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!