NASIONAL

Kala Warga Berbondong-bondong Berobat Instan ke Ida Dayak

"Pengobatan alternatif dengan pamornya dibahas di Podcast What's Trending!"

Lea Citra

Kala Warga Berbondong-bondong Berobat Instan ke Ida Dayak

KBR, Jakarta- Perempuan asal Kalimantan Timur, Ida Andriyani atau terkenal dengan sebutan Ida Dayak tengah viral dan jadi perbincangan masyarakat +62. Pasalnya, sebagian masyarakat percaya Ida bisa menyembuhkan penyakit mereka. Mereka yang datang kepada Ida beranggapan bahwa Ida mampu menangani stroke, keseleo hingga meluruskan tulang bengkok.

Ketua Dewan Pakar Perhimpunan Dokter Spesialis Ortopedi dan Traumatologi Indonesia (PABOI) Ferdiansyah Mahyudin mengatakan kegemaran masyarakat memilih pengobatan alternatif, ketimbang ke fasilitas kesehatan seperti puskesmas, klinik atau rumah Sakit, tak hanya terjadi di Indonesia. Namun, tren ini juga ada di beberapa negara maju.

"Fenomena ini sebenarnya, kalau kita lihat dari literatur yang paling baru tahun 2020. Tidak hanya terjadi di negara kita, negara yang paling maju di Amerika Serikat itu ada 42 persen masyarakatnya yang percaya dengan hal itu. Di Australia itu 48 persen, Prancis 49 persen, China 40 persen. Nah China malah lebih rendah daripada Amerika yah," rinci Ferdiansyah.

Baca juga:

Pola Makan dan Olah Tubuh yang Pas selama Ramadan

Obesitas jadi Concern, Gimana Cara Benerin Pola Konsumsi?

Tercapit Mentalitas Kepiting

Meski mengatakan pengobatan alternatif dan medis bisa saling melengkapi, namun Ferdiansyah menekankan pentingnya evaluasi dan pengawasan. Ia juga mengingatkan bahwa pengobatan terkait tulang tidak bisa dilakukan sembarangan.

"Dicari dulu buktinya. Terbukti apa enggak sih sebenarnya. Apa memang bisa menyembuhkan? Ya kita perlu bukti, ini kalau kita tidak punya itu, akhirnya kita berasumsi. Sekarang fokusnya ke patah tulang. patah tulang itu ada dua kelompok. Ada patah tulang terbuka, ada patah tulang tertutup. Terbuka artinya ada lukanya, itu risiko terinfeksi besar sekali loh ya. Kalau udah infeksi pada tulang, itu sembuhny sulit, sulit sekali. Nah seyogyanya, yang seperti ini, itu ya jangan dibawa ke non medis atau alternatif. Harus dibawa ke medis," ungkapnya.

Kenapa Pengobatan Alternatif tetap Digandrungi?

Menurut Project Lead Puskesmas Terpadu dan Juara dari lembaga Center for Indonesia's Strategic Development Initiatives (CISDI), Deni Frayoga, pengobatan alternatif memang masih populer dikalangan masyarakat. Hal ini pun dilatarbelakangi berbagai faktor.

"Ya akses ke Puskesmas aja itu jauh. Terus yang kedua, informasi-informasi kesehatan tuh juga banyak yang enggak sampai. Kalau ke dukun mungkin dalam pembayaran, kalau kita lihat di masyarakatnya ya, ada yang bisa dibayar dengan hasil taninya, hasil perguruannya seperti itu kalau masyarakat tradisional. Itu juga pengalamanku waktu di Kalimantan dan di Mamuju Utara juga seperti itu," ujar Deni.

Tak hanya di pedesaan, tetapi juga di perkotaan, Menurut Deni, salah satu faktor yang mendorong masyarakat berobat ke pengobatan alternatif seperti Ida Dayak adalah keputusasaan.

Ia pun mengingatkan bahwa pengobatan alternatif ini, bukan tanpa risiko. Kata Dia ada beberapa hal yang mesti masyarakat perhatikan, sebelum melakukan pengobatan.

"Pengobatan tradisional itu sudah teregistrasi di dinas kesehatannya masing-masing. Karena kalau di Dinas Kesehatan itu juga, sekarang ini kan ada bidangnya untuk kesehatan tradisional. Dalam proses pembinaan dari dinas kesehatan sendiri atau tidak. Kalau tidak, nah ini juga sebaiknya memang harus berhati-hati gitu. Yang dikhawatirkan, malah semakin fatal dan kesembuhannya itu kesembuhan yang menipu gitu kan. Mungkin sembuhnya cuma satu hari, dua hari, tiga hari, seminggu gitu kan, habis itu kambuh lagi," ungkap Deni.

Lebih lengkap soal ini. Yuk kita dengarkan podcast What's Trending di link berikut ini:

  • Ida Dayak
  • Pengobatan Alternatif
  • Depok
  • Pengobatan
  • Patah Tulang

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!