KBR, Jakarta- Majelis Rakyat Papua (MRP) presiden terpilih melakukan pendekatan kemanusiaan untuk menyelesaikan konflik Papua. Ketua Majelis Rakyat Papua, Timotius Murib mengatakan, konflik antara penegak hukum TNI-Polri dengan Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB), harus dilakukan dengan pendekatan kemanusiaan.
Timotius mengatakan caranya berbicara dengan semua lembaga di tanah Papua, terutama dengan masyarakat adat dan Majelis Rakyat Papua.
"Pendekatan yang perlu dilakukan oleh presiden nantinya, itu adalah pendekatan kemanusiaan. Jadi ada lembaga-lembaga, salah satunya adalah MRP sebagai lembaga negara, tapi juga adalah lembaga kultur. Sudah 9 kali Pak presiden Jokowi ke Papua, sudah perhatikan serius untuk membangun tanah Papua, tapi belum pernah ada komunikasi. Komunikasi kebijakan pembangunan dengan masyarakat adat, terutama dengan MRP," kata Timotius kepada KBR, Jumat (29/3/2019).
Timotius mengatakan, saat ini memang sulit untuk menyelesaikan konflik antara TNI-Polri dengan TPNPB, karena konflik tersebut berhadapan dengan senjata, dan mengenai perbedaan ideologi. Ia mengatakan, siapapun nanti yang menjadi presiden, harus mau duduk bersama dan menerima tawaran dari Majelis Rakyat Papua dan lembaga masyarakat di Papua lainnya.
Baca Juga:
Trauma Anak-anak Terdampak Konflik di Nduga
Ketika Ibadah Disangka Melawan Negara
Senada disampaikan Direktur Yayasan Keadilan Dan Keutuhan Manusia Papua (YKKMP) Theo Hesegem. Kata dia, pemerintah dan DPR harus bisa melakukan pendekatan dialogis kemanusiaan untuk menyelesaikan masalah tersebut, bukan militer.
"Menurut kami, masalah Papua tidak akan dapat diselesaikan melalui operasi militer. Apabila pendekatan keamanan ini dilanjutkan, maka dugaan-dugaan kasus pelanggaran HAM di Papua akan terus terjadi dan mendapat sorotan internasional. Karena itu kami memberikan masukan kepada pemerintah dan DPR mengutamakan pendekatan dialogis berbasis kemanusiaan, bukan pendekatan militer, dalam menyelesaikan permasalahan di Papua. Karena pendekatan militer bukan solusi penyelesaian masalah Papua," kata Theo di kantor Amnesty Internasional, Jakarta, Jumat (29/3/2019).
Pasca penembakan pekerja konstruksi di Nduga, Papua, pada Desember 2018 lalu, TNI mengerahkan ratusan personil memburu TPN-OPM. Sejak itu terjadi aksi baku tembak hingga mengakibatkan jatuh korban jiwa dari kedua pihak.
Konflik bersenjata itu juga mengakibatkan ribuan warga mengungsi.
Editor: Rony Sitanggang