BERITA

Korban Tragedi 1965: Apapun Alasannya, Acara Kami Digagalkan!

""Acara kami gagal. Kami harus pergi dalam suasana hiruk-pikuk," kata Ketua YPKP 1965/1966 Bedjo Untung"

Ria Apriyani

Korban Tragedi 1965: Apapun Alasannya, Acara Kami Digagalkan!
Ketua YPKP 1965/1966, Bedjo Untung. (Foto: Danny/KBR)

KBR, Jakarta - Yayasan Penelitian Korban Pembunuhan (YPKP) 1965/1966 menyebut negara telah gagal memenuhi hak mereka sebagai warga negara.

Itu terkait rencana kegiatan reuni para korban tragedi pelanggaran HAM 1965-1966 di Cianjur, Jawa Barat yang dibubarkan kelompok intoleran, Kamis kemarin. Padahal pertemuan itu juga digelar untuk persiapan menghadiri Simposium Nasional Tragedi 1965 pekan depan yang diadakan pemerintah.


"Negara gagal memberikan kebebasan berpendapat. Negara gagal mewujudkan kebebasan bersuara dan berpikir. Apapun itu alasannya, acara kami gagal. Kami harus pergi dalam suasana hiruk-pikuk," kata Ketua YPKP 1965/1966 Bedjo Untung dalam konferensi pers di kantor LBH Jakarta, Jumat(15/4/2016).


Bedjo Untung mengatakan, Menkopolhukam Luhut Binsar Panjaitan pada pekan lalu sudah mengatakan tidak boleh lagi ada pembubaran diskusi. Kenyataannya, sekitar 60 korban 1965-1966 harus dievakuasi dari Cipanas, Cianjur ke kantor LBH Jakarta menggunakan dua bus kecil semalam karena pertemuannya dibubarkan.


Meski begitu, Bedjo menegaskan para korban tidak akan menyerah. Acara akan terus dilanjutkan.


Sore ini, mereka akan menuju Komnas HAM untuk mengadukan apa yang mereka alami.


Ini bukan kali pertama acara YPKP 1965 dibubarkan kelompok intoleran. Selama beberapa tahun ini setiap acara YPKP hampir selalu berujung pada pembubaran karena tekanan kelompok intoleran.


Editor: Agus Luqman 

  • YPKP 1965
  • Bedjo Untung
  • korban tragedi 65
  • FPI
  • kelompok intoleran
  • LBH Jakarta

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!