BERITA

Pengamat: Ini Momentum Tepat Kurangi Subsidi Solar

"Subsidi bisa dikurangi tanpa sebabkan harga solar naik. "

Agus Lukman

Petugas memeriksa mesin pengisian ulang bahan bakar minyak di SPBU, Jakarta, Senin (22/2/2016) (Foto
Petugas memeriksa mesin pengisian ulang bahan bakar minyak di SPBU, Jakarta, Senin (22/2/2016) (Foto: Antara)

KBR, Jakarta - Rencana pemerintah mengurangi subsidi bahan bakar jenis solar mendapat dukungan dari pengamat ekonomi. 

Direktur lembaga ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro mengatakan saat ini merupakan momentum yang tepat bagi pemerintah untuk mengurangi subsidi solar mengingat harga minyak mentah dunia sedang anjlok hingga titik terendah sejak 2003. Komaidi mengatakan bisa saja subsidi solar dikurangi tanpa menyebabkan harga solar naik.

"Trennya seharusnya harga turun. Bisa saja jika subsidi diturunkan atau dicabut, yang seharusnya harga solar turun (karena minyak dunia turun), kemudian nggak jadi turun. Kalau harga di 2016 sepertinya masih di level rendah. Karena memang dunia sedang oversupply sehingga produksi banyak, sementara konsumsi relatif stagna," kata Komaidi Notonegoro kepada KBR, Selasa (15/3/2016).

Direktur lembaga ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro mengatakan tidak ada angka kaku berapa banyak pemerintah akan mengurangi subsidi solar, melainkan bergantung kemauan pemerintah untuk mengatur fiskal. 

"Bisa saja Rp1000 rupiah per liter, bisa saja kurang. Ada banyak variabel yang harus diperhatikan. Tergantung pemerintah maunya nanti fiskal seperti apa," kata Komaidi.

Menurut Komaidi, solar umumnya digunakan untuk angkutan barang dan jasa, seperti moda antarprovinsi. Hal ini harus diantisipasi pemerintah, supaya pencabutan subsidi solar tidak terlalu berdampak pada ongkos angkutan barang dan jasa. 

Komaidi mengatakan jika mempertimbangkan aspek pengadaan minyak mentah, maka pengurangan subsidi minyak solar mestinya memperhatikan momentum harga rendah seperti sekarang ini. Apalagi harga minyak mentah sudah turun ke level di bawah 40 dolar AS per barel.

"Biaya pokok pengadaan itu hampir 60-70 persen itu dari minyak mentah. Sisanya pengolahan, pajak dan lain-lain. Kalau harga bahan pokok turun, mestinya harga produk akhirnya turun. Dan turunnya signifikan, dari kisaran 100 USD per barel sekarang menjadi 30-35 USD per barel. Jadi, turun sekitar 70-an USD per barel," kata Komaidi. 

  • subsidi BBM
  • subsidi solar

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!