BERITA

BMKG : Peringatan Dini Sesuai Protap

"BMKG wajib menyebarluaskan informasi terkait kejadian gempa maksimal 5 menit setelah gempa terjadi. "

Malika

BMKG : Peringatan Dini Sesuai Protap
Gempa dangkal berkekuatan 7,8 Skala Richter berjarak 680 kilometer dari Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat. (Foto: USGS)

KBR, Jakarta – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengklaim informasi peringatan dini terkait gempa di Kepulauan Mentawai malam tadi, sesuai prosedur. Ini disampaikan Kepala  BMKG, Andi Eka Sakya, menanggapi tudingan bahwa BMKG mengeluarkan False Warning atau peringatan yang salah terkait kejadian gempa di Mentawai.

Andi menjelaskan, berdasarkan prosedur, BMKG harus menyebarluaskan informasi gempa maksimal 5 menit setelah peristiwa terjadi. 

“Dari protap yang kami punya memang pada saat terjadi gempa kami harus menyampaiam informasi gempa kepada masyarakat tidak boleh lebih dari lima menit mengatasi situasi terjadinya gempa. Jadi tempatnya dimana, jam berapa, berapa besar dan ada di mana. Ini yang kita sampaikan. Sesuai dengan protap juga 8,3 SR biasanya berkaitan dengan tsunami. Maka kami tulis gempa itu berpotensi tsunami” jelas Andi, Kamis (3/3/2016)  

Andi menambahkan, Prosedur Tetap untuk Diseminasi Informasi Gempa Bumi dan Tsunami mengharuskan BMKG memantau dan memutakhirkan data secara berkala. Karena itu, kata dia, 10 menit setelah peringatan dini pertama dikeluarkan, pihaknya akan mengeluarkan informasi terbaru hasil pemutakhiran.  Inilah yang menurut dia kemudian dianggap sebagai false warning.  

Semalam BMKG merilis gempa berkekuatan magnitude 8,3 Skala Richter di wilayah barat pulau Sumatera pada pukul 19.49 WIB. Pusat gempa berkedalaman 10 kilometer dari permukaan laut, dengan jarak 682 kilometer sebelah barat Kepulauan Mentawai. BMKG menyebutkan gempa berpotensi tsunami. Data kekuatan gempa kemudian dikoreksi lebih rendah menjadi 7,8 Skala Richter.

Tim Ahli Pusat Pengendali Operasi Penanggulangan Bencana BPBD Sumatera Barat Ade Edward mengatakan saking gencarnya pemberitaan di televisi mengenai potensi tsunami, masyarakat panik dan mengevakuasi diri sendiri. Meskipun tidak ada perintah evakuasi dari pemerintah daerah.

"Warga kesal dan ngomel dengan akurasi peringatan dini. Disini tidak ada apa-apa, tapi dibilang ada potensi tsunami. Ini kan false warning, peringatan dini yang keliru. Dari awal memang ini tidak ada tsunami, secara ilmiah tidak ada tsunami yang membahayakan. Kalau sering-sering begini (ada false warning), masyarakat jadi antipati," kata Ade Edward ketika dihubungi KBR, Kamis (3/3/2016)


Editor : Sasmito Madrim

  • gempa mentawai
  • Andi Eka Sakya
  • Gempa
  • mentawai
  • gempa bumi

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!