NASIONAL

Rekomendasi Model Pengelolaan Sampah untuk Mewujudkan Zero Waste Cities dari AZWI

"Zero Waste Cities adalah program yang mendorong rumah tangga memilah sampah dari rumah dengan bantuan pemerintah daerah."

Astri Yuanasari

 Model Pengelolaan Sampah untuk Mewujudkan Zero Waste Cities dari AZWI
Ilustrasi: Sungai Brantas, induk sungai hulu dari Kali Surabaya, banyak tercemar popok bayi (Foto: KBR/Zainul Arifin)

KBR, Jakarta- Aliansi Zero Waste Indonesia (AZWI) merekomendasikan sejumlah model tata kelola sampah yang dapat diterapkan pemerintah daerah untuk mewujudkan Zero Waste Cities.

Zero Waste Cities adalah program yang mendorong rumah tangga memilah sampah dari rumah dengan bantuan pemerintah daerah.

Direktur Harian Yayasan Pengembangan Biosains dan Bioteknologi (YPBB) Bandung, Fictor Ferdinand menyebut, rekomendasi itu disampaikan karena selama ini pengelolaan sampah hanya memindahkan masalah dari rumah ke tempat pemrosesan akhir (TPA).

"Agar dapat mendistribusikan pengelolaan sampah ini dan tidak hanya tergantung pada TPA maka pemilahan dan pengumpulan terpilah adalah kuncinya. Zero Waste Cities berargumen bahwa permasalahan dalam pengelolaan sampah terpilah adalah persoalan sistem tata kelola yang belum terbangun dengan baik," katanya, Kamis (24/02).

Baca juga:

Menurutnya, harus ada perubahan tata kelola pengelolaan sampah di tingkat kota atau kabupaten sehingga terwujud pengelolaan sampah yang secara bertahap mengarah pada nol sampah atau zero waste.

"Untuk itu dibutuhkan pendekatan secara sistem untuk membangun pengelolaan sampah yang menuju pada zero waste yang bertumpu pada pengumpulan terpilah sebagai titik intervensinya," imbuhnya.

Fictor mengklaim, AZWI sudah mengembangkan berbagai model zero waste, di mana sampah dikelola sejak dari sumbernya, dikumpulkan secara dipilah, dan diolah sedekat mungkin dengan sumbernya melalui teknologi pengomposan dari tingkat komunitas hingga rumah tangga.

AZWI merupakan aliansi gabungan dari 10 organisasi nonprofit, YPBB adalah salah satu anggotanya.

Fictor menyebut, sampah kemasan adalah salah satu jenis residu yang sulit diolah. Menurutnya, penerapan sistem isi ulang dapat dilakukan sebagai upaya mengurangi sampah kemasan. Di mana sistem distribusi produk kepada konsumen dilakukan tanpa kemasan atau menggunakan kemasan yang dapat dipakai berulang-ulang dalam jangka waktu lama.

Hal ini bisa dilakukan atau diatasi dengan adanya toko isi ulang. Katanya, selain menjadi salah satu model untuk zero waste, ini juga dapat menjadi titik penguatan ekonomi lokal.

Sebab, produsen-produsen lokal dapat memasarkan produknya dan konsumen dapat menikmatinya secara lebih ramah lingkungan, karena sistem distribusi yang pendek untuk meminimalkan emisi.

Editor: Sindu

  • AZWI
  • Aliansi Zero Waste Indonesia
  • Zero Waste Cities
  • Sampah
  • zero waste
  • KLHK
  • Pengelolaan Sampah
  • Sampah Plastik

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!