BERITA

Kasus Omicron 152, Menkes: Fatality Rate Rendah

""Dari 152 yang masuk di Indonesia itu lebih setengahnya adalah tanpa gejala, setengahnya lagi adalah sakit ringan," "

Astri Yuanasari

Kasus Omicron  152, Menkes:  Fatality Rate Rendah
Menkes Budi Gunadi menyampaikan perkembangan omicron, Istana Kepresidenan, Senin (03/01). (Setpres)

KBR, Jakarta-  Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, per  Senin (03/01)  ini total kasus Omicron di Indonesia bertambah 16 kasus menjadi total 152 kasus. Kata dia, tambahan 16 kasus baru Omicron semuanya berasal dari pelaku perjalanan luar negeri.

Ia mengklaim, jika dibandingkan India yang saat ini terpantau meningkat dengan lebih dari 1700 kasus, pemerintah Indonesia cukup berhasil menekan penyebaran Omicron dengan aturan karantina yang ketat.

"Indonesia alhamdulillah relatif lebih rendah kalau kita lihat dari populasinya dan juga luas geografisnya. Berhubung karantina kita sudah cukup ketat kita berhasil menahan masuknya omicron. Dari 152 kita tahu enam  sudah merupakan transmisi lokal ada yang datang sebagian besar di Jakarta tapi ada juga yang datang dari Medan dan juga dari Bali dan Surabaya ya kita tetap harus selalu waspada," kata Budi dalam keterangan pers di Istana, Senin (3/1/2022).

Budi menambahkan, saat ini Indonesia berada di posisi 40 di dunia dengan kasus Omicron terbanyak. Ia mengatakan, saat ini sudah ada 408.000 kasus konfirmasi Omicron di seluruh dunia. Angka ini naik dari minggu lalu yang hanya sebanyak 184.000 kasus.

Baca juga:


Kata dia, saat ini sudah ada 132 negara yang sudah terpapar Omicron, dengan kasus paling banyak ada di   Inggris, Denmark, dan Amerika yang masing-masing sudah ada 20 ribu kasus. 

Negara di Asia Tenggara dengan jumlah kasus terbanyak adalah Singapura dengan 1600 kasus dan Thailand 1500 kasus.


Mudah Sembuh


Menkes Budi Gunadi Sadikin mengatakan, saat ini ada 34 orang dengan kasus Omicron di Indonesia yang sudah sembuh dan kembali ke rumah masing-masing. Ia mengatakan, seluruh pasien yang terpapar Omicron tidak ada yang memerlukan perawatan serius di rumah sakit, rata-rata tanpa gejala atau dengan gejala ringan. 


"Dari 152 yang masuk di Indonesia itu lebih setengahnya adalah tanpa gejala, setengahnya lagi adalah sakit ringan, artinya tidak membutuhkan oksigen, saturasinya masih di atas 95%. Dan 23%-nya atau 34 orang sudah sembuh dan sudah kembali ke rumah. Jadi kita melihat bahwa sampai sekarang tidak ada yang membutuhkan perawatan yang serius di rumah sakit, cukup dikasih obat dan vitamin mereka sudah bisa kembali ke rumah," imbuhnya.

Budi menjelaskan, fatality rate akibat Omicron cukup rendah, sebab meskipun virus varian ini dapat menembus antibodi yang dibentuk oleh vaksin, namun dalam tubuh manusia masih ada sel T yang jadi benteng terakhir pertahanan tubuh untuk menghalau Omicron. Hal inilah yang menyebabkan pasien yang terpapar Omicron tidak mengalami gejala yang serius.

"Berita baiknya adalah untuk kasus omicron secara klinis dilihat bahwa walaupun perlindungan antibodinya yang berasal dari vaksin bisa dilalui, tapi perlindungan dari t-cellnya masih bisa melindungi dengan cukup baik. Itu yang menjelaskan kenapa hospitalisation ratenya yang masuk rumah sakit yang fatal lebih rendah," pungkasnya.

emerintah mengumumkan penambahan kasus baru Covid-19 dari varian Omicron. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, hari ini teridentifikasi 21 kasus Omicron baru.

"Jadi kemarin ada 47 ya. Kan ada satu orang di Jakarta dan itu transmisi lokal. Tadi pagi kami temukan lagi ada 21 orang, jadi totalnya ada 68. 21 orang ini semuanya datang dari luar negeri. Paling banyak datangnya dari negara Arab Saudi, kedua Turki, dan yang ketiga dari United Arab Emirates," kata Budi Gunadi dalam konferensi pers di Kantor Kemenko PMK, Rabu (29/12/2021). 

Editor: Rony Sitanggang

  • Kemenkes
  • budi gunadi
  • pandemi covid-19
  • Varian Omicron

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

  • Ahmad Ruswandi2 years ago

    Jika memang gejalanya tidak berat dan tidak fatal, pantaskah varian baru ini diperlakukan sama seperti pendahulunya yang banyak membuat orang meninggal Bukankah lebih baik memunculkan kekebalan secara alami tanpa perlu modal biaya ataupun rasa sakit tertusuk jarum Apalagi tertulis juga varian ini mudah disembuhkan