Media Asing Sorot Pernyataan SBY yang Percaya Mistis

KBR68H – Peluncuran buku karya Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono yang berjudul Selalu Ada Pilihan tidak luput dari ulasan media asing. Salah satunya adalah Washington Post. Namun, harian tersebut lebih fokus mengulas pernyataan SBY tentang kepercayaannya terhadap mistis.

Dalam artikel dengan judul “Indonesian president says he believes in witchcraft”, Washington Post munulis, praktik mistis merupakan sesuatu yang dilarang dalam agama Islam. Namun, berdasarkan survei yang dilakukan Pew Forum pada 2012, 69 persen umat Muslim di Indonesia percaya bahwa mistik tersebut ada.

“Banyak orang Indonesia, termasuk pemimpin top, beralih kepada peramal untuk berkonsultasi tentang karirnya, keberuntungan dan juga pernikahan,”kata editor senior The Jakarta Post Endi Bayuni kepada Washington Post.

Kata Endi, pernyataan SBY yang mengaku percaya kepada mistis belum pernah dilakukan oleh presiden sebelumnya. Dalam bukunya, SBY menulis tentang teror mistis yang pernah dialaminya.

“Tiba tiba istri berteriak dan memanggil manggil saya. Ternyata ada asap hitam tebal dan berpoutar putar di langit-langit dan di tengah ruangan tersebut. Saya ajak mereka untuk membaca surat al Fatihah. Saya sendiri melengkapi dengan doa penolak bala dan kejahatan. Saya juga minta untuk menutup pintu kamar saya dan sebaliknya membuka semua pintu yang ada. Apa yang terjadi asap yang tebal yang berputar putar itu bak ditiup angin yang kuat bergegas ke luar rumah saya. Alhamdulillah saya sekeluarga selamat. Peristiwa seperti ini seperti adegan film horror yang sering kita lihat atau seperti terkisahkan di cerita-cerita lama tetapi sungguh ada. Sungguh nyata," tulis SBY.

Washington Post juga menulis, SBY dikabarkan pernah membatalkan pertemuan dengan perwakilan dari Amerika dan Asia Tenggara yang diselenggarakan oleh Majelis Umum PBB di New York Amerika Serikat. Berdasarkan info yang didapat dari Wikileaks, pembatalan itu dilakukan karena SBY mendengar isu tentang adanya praktik mistis di gedung tersebut. (WashingtonPost)