CERITA

Pembunuhan Massal Anjing Liar di Kerala Picu Seruan Boikot

"Sebelumnya pemerintah Negara bagian itu melakukan pembunuhan massal anjing liar oleh pemerintah negara bagian itu."

Bismillah Geelani

Aktivis pembela hak hewan di New Delhi memprotes kebijakan pemerintah Kerala. (Foto: Bismillah Geela
Aktivis pembela hak hewan di New Delhi memprotes kebijakan pemerintah Kerala. (Foto: Bismillah Geelani)

Bulan lalu, saat Seetha sedang bekerja di halaman belakang rumahnya, seekor anjing liar masuk ke dalam rumah dan menyerang cucunya, Abin, yang berusia 9 bulan. 

“Dia sedang tidur jadi saya mau mengerjakan sesuatu sebelum dia terbangun. Tiba-tiba dia menangis sangat keras dan saya berlari masuk. Saya melihat pemandangan yang mengerikan. Anjing itu tengah menggigit dan menarik tangan Abin. Abin berlumuran darah dan menangis. Saya berteriak dan melemparkan apa saja ke arah anjing itu agar dia segera pergi,” kisah Seetha. 

Saat ini Abin masih dalam perawatan dan lukanya belum sembuh total.

Meena Antony bekerja di sebuah agen perjalanan. Dia sedang berjalan pulang ke rumah usai bekerja, saat segerombolan anjing menghampirinya. 

“Jarak saya dengan rumah tidak jauh lagi. Tiba-tiba saya dikelilingi 5-6 anjing. Satu anjing menggigit syal saya dan lari. Anjing lain datang dan menggigit kaki saya. Saya kesulitan melepaskan kaki saya dari mulut anjing itu,” kata Meena.

Setelah berobat selama satu bulan, Meena kini sudah sembuh tapi gigitan anjing itu meninggalkan bekas luka.

Lebih dari 80 ribu orang digigit anjing di negara bagian itu sejak awal tahun ini. Itu sebabnya pemerintah melakukan operasi pemberantasan anjing liar.

“Kami menemukan kalau ada satu anjing yang mengigit sampai 30 kali. Jadi ancaman ini harus diatasi dengan serius untuk melindungi masyarakat umum,” kata U.R. Babu, ketua Dewan Kota.

Pemerintah bersikukuh kalau mereka hanya membunuh anjing-anjing berbahaya yang diduga berpotensi membawa rabies. Selain itu mereka juga meluncurkan Program Pengendalian Kelahiran Hewan untuk mensterilkan anjing-anjing itu. Ini sesuai rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Pemerintah juga mengumumkan hadiah uang tunai bagi masyarakat yang membantu menangkap anjing pembawa rabies.

Aktivis penyayang binatang seperti Jaisimha mengatakan ini berujung pada perburuan.

“Ketika Anda mengatakan saya akan memberikan sejumlah uang untuk membunuh anjing jika membahayakan, maka insting saya mengatakan kalau anjing yang tertangkap dan dibunuh dengan mudah adalah anjing ramah yang mendatangi Anda. Anjing-anjing yang menggigit dan ganas tidak akan mendatangi penangkap anjing untuk ditangkap dan dibunuh.”

Para aktivis melancarkan kampanye online dan jalanan secara agresif. Mereka mendesak pemerintah menghentikan apa yang mereka sebut sebagai kekejaman terhadap hewan.

Para aktivis mengintensifkan kampanye mereka dalam beberapa pekan ini setelah lembaga lokal di Kerala mengusulkan pemerintah seharusnya membunuh semua anjing liar dan mengekspor dagingnya ke negara-negara yang warganya mengkonsumsi anjing.

Para pengunjuk rasa mengajak para wisatawan untuk memboikot negara bagian itu karena Kerala menetapkan tahun 2015 sebagai tahun pariwisata Kerala.

“Mereka melihatnya sebagai peluang bisnis untuk menghasilkan uang. Tapi itu bukan budaya kita. Kita selalu membiarkan binatang-binatang itu berkeliaran dan anjing adalah bagian dari hidup kita. Jika ada beberapa anjing menjadi agresif bukan berarti semuanya harus dibunuh dengan kejam. Harusnya kita malu sebagai manusia,” kata Mohammad Aarif, salah satu pengunjuk rasa di New Delhi.

Tapi kasus anjing yang menggigit manusia merajalela di seluruh India. Hampir 20 ribu meninggal akibat rabies setiap tahun dan ini lebih dari sepertiga dari angka kematian dunia akibat rabies.

Para ahli mengatakan penyebabnya adalah tingginya populasi anjing di negara ini.

“Perbandingannya ada satu anjing untuk 40 orang. Ini rasio yang tinggi dan berbahaya,” jelas R.S. Kharab, ketua Dewan Kesejahteraan Hewan India.

Hukum India melarang pembunuhan anjing. Sementara Program Pengendalian Kelahiran Hewan atau ABC untuk mensterilkan dan memvaksin anjing tidak dilaksanakan secara ketat.

Kharab mengatakan meski ABC diperlukan, masalah ini tidak akan teratasi jika negara tidak memperbaiki sistem pembuangan limbah yang buruk.

“Kota-kota kita terus berkembang tapi pemerintah belum mampu menangani limbah padat yang terus meningkat. Akibatnya anjing bisa dengan mudah mendapat makanan dan dengan cepat berkembang biak. Satu anjing bisa melahirkan 200 anjing dalam kurun waktu 4-5 tahun. Jadi, jika tidak mengatasi masalah limbah ini, maka pertumbuhan jumlah anjing akan sulit ditekan.”

 

  • pembasmian anjing liar
  • Negara Bagian Kerala India
  • kematian akibat rabies
  • Bismillah Geelani
  • boikot pariwisata Kerala

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!