INDONESIA

Filipina Tempat Paling Berbahaya di Asia Bagi Aktivis Lingkungan

"Menurut lembaga pemantau internasional Global Witness, antara 2012 dan 2013, total ada 77 aktivis lingkungan yang dibunuh di Filipina."

Jofelle Tesorio

Filipina Tempat Paling Berbahaya di Asia Bagi Aktivis Lingkungan
Filipina, aktivis, lingkungan, Gerthie Mayo-Anda, Jofelle Tesorio

Selama 25 tahun, pengacara Filipina bernama Gerthie Mayo-Anda tanpa lelah berkampanye demi perlindungan lingkungan yang lebih baik.


Dia kerap disebut “pahlawan hutan Palawan”.


Pada tahun 1990an, ia mendirikan Pusat Bantuan Hukum Lingkungan atau ELAC.


Lewat pengadilan lembaga itu mencoba untuk menghentikan kerusakan lingkungan.


“Menurut saya penting untuk membuat kelompok bantuan hukum lingkungan yang berpihak pada masyarakat. Di sana, pengetahuan dan kemampuan saya sebagai pengacara bisa dimanfaatkan untuk membantu komunitas miskin dan terpinggirkan.”


Mereka sudah mendaftarkan puluhan kasus melawan pembalakan, penangkapan ikan dan pertambangan liar.


“Untuk sekarang yang paling sulit adalah pertambangan dan batu bara. Kenapa? Karena pihak-pihak yang terlibat punya pengaruh ekonomi dan politik. Mereka punya hubungan dengan orang-orang berkuasa di pemerintahan dan mereka bisa membayar pengacara dan beberapa komunitas untuk melawan kami.”


Pada 2011, teman Gerthie, yang adalah seorang aktivis anti-pertambangan dan juga jurnalis, Gerry Ortega, dibunuh.


Banyak yang percaya dia dibunuh karena usahnya menentang perusahaan pertambangan besar.


Menurut lembaga pemantau internasional Global Witness, antara 2012 dan 2013, total ada 77 aktivis lingkungan yang dibunuh di Filipina.


Ini menjadikan negara itu sebagai negara paling berbahaya di Asia bagi aktivis lingkungan.


“Ini sangat mengganggu. Ini bisa memadamkan semangat para aktivis lingkungan. Anda punya kerangka hukum yang bertujuan untuk melindungi hak asasi manusia, keadilan sosial, dan membantu orang miskin. Tapi kenyataan yang Anda temui di lapangan sebaliknya.”


Palawan adalah benteng ekologi terakhir Filipina. Di sana ada sebuah cagar Biosfir UNESCO, yang kaya akan ikan dan hutan dan juga sumber daya mineral.


Ini membuat provinsi itu menjadi medan pertempuran para aktivis lingkungan seperti Cynthia Sumagaysay.


Tapi dia mengaku tidak takut.


“Bukankah seharusnya kita hidup tanpa rasa takut? Saya menjalani hidup ini dengan apa adanya dan saya tidak takut mati. Tidak. Karena semua orang nanti akan mati. Saya pikir tujuan hidup semua orang adalah hidup demi sesuatu. Saya seperti sepotong teka-teki dan saya ambil bagian dalam skema hidup yang luas.”


Cynthia baru-baru ini berkampanye menentang rencana pembangunan pembangkit listrik tenaga batu bara.


Ia mengatakan tidak akan berhenti berjuang meski diancam akan dibunuh.


“Selama kontribusi saya dibutuhkan, selama saya membawa dampak positif pada gerakan anti-batubara, dan selama ini masih mengancam Palawan.”


Pengacara lingkungan Gerthie Mayo-Anda mengatakan bila sistem hukum tetap terbuka pada korupsi dan kekerasan, maka pembunuhan aktivis lingkungan akan berlanjut dan hutan terus dirusak.


“Anda punya UU tapi itu tidak cukup untuk menjadi UU yang bagus. Anda harus menerapkannya. Dan penerapannya butuh kemauan politik. Jika pejabat lokalnya dan pusat sama-sama korup, mereka dengan mudah bisa disogok oleh orang-orang yang merusak lingkungan.”


 

  • Filipina
  • aktivis
  • lingkungan
  • Gerthie Mayo-Anda
  • Jofelle Tesorio

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!