INDONESIA

Perempuan dalam Masa Transisi Afghanistan

"Seorang peneliti kebijakan publik terkemuka Afghanistan mengatakan ini akan berdampak pada perspektif hak-hak perempuan dan kesejahteraan sosial."

Ric Wasserman

Perempuan dalam Masa Transisi Afghanistan
Swedia, Afghanistan, hak perempuan, keamanan, Ric Wasserman

Dalam sebuah konferensi di Swedia belum lama ini, Dr Saeed Parto, memperkenalkan sebuah laporan survei yang dilakukan Organisasi Penelitian Publik Afghanistan, AAPRO. 


Penelitian itu dilakukan untuk mengumpulkan perspektif perempuan soal apa yang akan terjadi di negara itu ketika pasukan nasional sepenuhnya bertanggung jawab. 


Dia mengatakan, kebanyakan perempuan merasa tentara dan polisi Afghanistan akan bisa menjamin keselamatan mereka. 


Tapi ada berapa banyak perempuan yang bekerja? 


Semakin banyak, kata Dr Saeed Parto, dan banyak yang menemukan kekuatan baru dari itu.


”Kalau Anda punya keberanian, Anda benar-benar tidak bisa bersaing sebagai perempuan. Tapi perempuan yang sudah memperoleh keberaniannya, lebih mampu untuk mengejar atau mempertahankan martabat mereka dan berdebat bagaimana berbagai hal harus diubah."


Dr Parto memberikan contoh khusus bagaimana mereka mulai untuk menegaskan hak-hak mereka di pasar.


”Dalam memasarkan produk, mereka harus berhadapan dengan laki-laki yang mengatakan kalau berdagang bukanlah pekerjaan perempuan. Anda harus pulang dan biarkan kami yang berdagang. Tapi para perempuan mengatakan tidak. Kami juga ingin berdagang.”

 

Turut berbicara dalam konferensi itu adalah LSM terkenal, Komite Afghanistan Swedia yang telah berada di Afghanistan selama lebih dari tiga dekade. 


Mereka mempekerjakan enam ribu warga Afghanistan, yang sebagian besar perempuan, di berbagai proyeknya. 


Emansipasi perempuan adalah agenda Barat, kata direktur lembaga itu Anna-Karin Johansson.


”Bahwa perempuan mengambil bagian dalam kehidupan politik dan punya suara di parlemen. Ini adalah sesuatu yang telah didorong oleh konstitusi baru di Afghanistan. Dan dinegosiasikan dengan tekanan yang sangat kuat oleh kekuatan-kekuatan Barat. "


Afghanistan melaksanakan pemilu awal bulan ini. 


Tapi banyak yang mengatakan ini mungkin tidak akan membuat situasi lebih aman. Beberapa LSM internasional meninggalkan negeri setelah pembunuhan terhadap pekerja asing baru-baru ini.


Ini adalah laporan terakhir koresponden Radio Swedia di Asia, Nils Horner, bulan lalu. 


Dia ditembak mati di Kabul oleh kelompok ekstremis. 


Bagi semua jurnalis asing, ini berarti saatnya untuk pergi.


Tapi lembaga bantuan pemerintah Swedia SIDA telah berkomitmen untuk tinggal  setidaknya satu dekade lagi. 


Juru bicaranya Eva Johansson mengatakan itu demi pembangunan Afghanistan.


”Sangat penting bagi kami untuk membangun sebuah komitmen jangka panjang dan kami sedang mengamati situasi bagi perempuan dan perkembangan demokrasi. Jadi jika ada, maka lebih mendesak untuk mendukung negara yang lemah, yang hak-hak rakyatnya terpinggirkan.”


Pada pemilu tahun ini, untuk kali pertama kandidat perempuan Khadijah Ghaznawi mencoba untuk mencalonkan diri sebagai presiden. 


Tapi komisi pemilihan umum menyingkirkan namanya dari daftar tanpa penjelasan. 


Banyak yang memuji usahanya sebagai langkah maju yang berani bagi emansipasi perempuan.


Vanessa Satter yang berusia 30 tahun, melarikan diri bersama keluarganya dari Kabul, yang porak poranda akibat perang pada masa pemerintahan Taliban. 


Belum lama ini, dia berbincang dengan kerabatnya di kampung halaman. 


Mereka mengatakan situasi keamanan secara bertahap menjadi lebih buruk. Banyak  keluarga kelas menengah dan berpendidikan melarikan diri ke Eropa demi keselamatan mereka. 


Vanessa mengatakan langkah yang paling penting untuk mendorong keterlibatan perempuan adalah dengan menciptakan lingkungan yang lebih aman.


”Mereka tidak mau keluar rumah atau bekerja. Bukan karena mereka tidak menginginkannya, bukan karena suami mereka tidak memberikan kesempatan, tapi hanya karena mereka merasa tidak aman.”


  • Swedia
  • Afghanistan
  • hak perempuan
  • keamanan
  • Ric Wasserman

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!