RAGAM

Kerumunan Berpotensi Besar Menularkan Covid-19

"Dampak dari adanya kerumunan berpeluang besar menjadi 3T. Yaitu testing (pemeriksaan), tracing (pelacakan) dan treatment (perawatan) yang harus dilakukan segera dan menyeluruh"

Paul M Nuh

Kerumunan Berpotensi Besar Menularkan Covid-19
Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito

JAKARTA – Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito memaparkan, berdasarkan data nasional terdapat berbagai kegiatan kerumuman yang berdampak timbulnya klaster baru penularan Covid-19 di berbagai daerah di Indonesia.

"Berdasarkan data nasional, terdapat berbagai kegiatan kerumunan yang berdampak pada timbulnya klaster penularan Covid-19 di berbagai daerah di Indonesia," ungkap saat memberi keterangan pers perkembangan penanganan Covid-19 di Kantor Presiden, Kamis (26/11/2020) yang ditayangkan Kanal YouTube Sekretariat Presiden.

Dalam keterangan persnya secara daring di Kantor Presiden, (Kamis 26/11/2020) Wiku merincikan, pada Sidang GPIB Sinode memunculkan 24 kasus pada 5 provinsi. Klaster ini berawal dari kegiatan agama yang dilakukan di Bogor, Jawa Barat, yang diikuti 685 peserta. Yang berkembang dan menyebar ke provinsi lainnya yakni Lampung, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah dan Nusa Tenggara Barat.

Klaster berikutnya terjadi pada kegiatan Bisnis Tanpa Riba yang memunculkan 24 kasus di 7 provinsi dan menimbulkan korban jiwa sebanyak 3 orang, atau case fatality rate kasus ini mencapai 12,5%. Sama seperti klaster GPIB Sinode, klaster ini berawal dari kegiatan yang ada di Bogor yang diikuti 200 peserta. Kasusnya berkembang dan menyebar ke berbagai provinsi seperti Lampung, Kepulauan Riau, DI Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Timur dan Papua.

Di Lembang, Jawa Barat terdapat klaster Gereja Bethel. Kegiatannya melibatkan sekitar 200 peserta menghasilkan 226 kasus dengan infection rate mencapai 35%. Lalu, klaster Ijtima Ulama di Gowa, Sulawesi Selatan, dengan total peserta sekitar 8.761 orang menghasilkan 1.248 kasus pada 20 provinsi. Dan klaster Pondok Pesantren Temboro di Jawa Timur menimbulkan 193 kasus di 6 provinsi di lebih dari 14 kabupaten/kota dan 1 negara lain.

"Jadi tidak heran bahwa klaster tersebut terjadi karena adanya kerumunan di masyarakat. Dan masyarakat akan sulit menjaga jarak," imbuh Wiku.

Fenomena klaster kerumunan juga pernah terjadi saat kapal pesiar besar Diamond Princess, mengangkut 2000 - 4000 penumpang dan harus dikarantina di Jepang pada bulan Februari tahun 2020. Dan kondisi di dalamnya penuh sesak dan sulit menjaga jarak. Akibatnya, sebesar 17% dari 3.700 penumpang dan awak kapal terinfeksi Covid-19.

Belum lama Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menemukan adanya kasus Covid-19 dari klaster kerumunan acara yang dihadiri Rizieq Shihab. Plt Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes Muhammad Budi Hidayat memaparkan, sejauh ini sudah ada 50 kasus positif di Tebet, 30 di Petamburan, sementara ada 15 orang yang menunggu hasil pemeriksaan di Puncak, Kabupaten Bogor.

Menurut Wiku, berbagai pengalaman ini, sesuai penelitian dari Ibrahim dan Memish tahun 2020, yang menyatakan bahwa kemungkinan adanya hubungan dua arah antara kerumunan dan penyebaran penyakit menular. "Dan ini penting untuk menjadi perhatian publik , bahwa kondisi kerumunan itu harus dihindari," lanjut Wiku.

Dampak dari adanya kerumunan berpeluang besar menjadi 3T. Yaitu testing (pemeriksaan), tracing (pelacakan) dan treatment (perawatan) yang harus dilakukan segera dan menyeluruh. Karena periode inkubasi antara terpapar virus dan gejala rata-rata hanya 5 hari. Dan gejala dapat muncul 2 hari kemudian.

Wiku berpesan masyarakat agar jangan gegabah dan egois, karena apa yang kita semai, itulah yang nantinya kita tuai.

(Redaksi KBR mengajak untuk bersama melawan virus Covid-19. Selalu menerapkan protokol kesehatan dalam setiap kegiatan dengan 3M, yakni; Memakai Masker, Menjaga Jarak dan Mencuci Tangan dengan Sabun).

  • nativead
  • #satgascovid19
  • #IngatPesanIbu
  • #pakaimasker
  • #jagajarak
  • #jagajarakhindarikerumunan
  • #cucitangan
  • #cucitanganpakaisabun
  • #KBRLawanCovid19

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!