EDITORIAL

BBM Menunggu Naik

"Pernyataan pemerintah sering selicin bahan bakar minyak (BBM). Kita pasti masih ingat apa alasan pemerintah Susilo Bambang Yudhoyono ketika berkali-kali menaikkan harga BBM. Katanya, demi memberikan subsidi kepada rakyat miskin secara lebih tepat, karena "

KBR

BBM Menunggu Naik
bbm, minyak, subsidi bbm, defisit minyak bumi

Pernyataan pemerintah sering selicin bahan bakar minyak (BBM). Kita pasti masih ingat apa alasan pemerintah Susilo Bambang Yudhoyono ketika berkali-kali menaikkan harga BBM. Katanya, demi memberikan subsidi kepada rakyat miskin secara lebih tepat, karena subsidi BBM hanya dinikmati oleh orang-orang kaya. Ini indah kabar dari rupa.

Simak saja faktanya yang berlanjut sampai sekarang. Mencabut subsidi BBM tak lantas membuat anggaran pemerintah menjadi lebih kuat, dan rakyat miskin menjadi berkurang bebannya. Lalu, sekarang, Presiden Yudhoyono enggan menaikkan harga BBM di akhir jabatan. Alasannya, tak mau membebani rakyat karena tahun lalu sudah naik. Ini namanya: memanglah lidah tak bertulang.

Kita patut benci pada harga BBM yang murah. Ini membuat masyarakat, kaya atau setengah kaya atau memaksakan diri seolah kaya, terus menerus melakukan pemborosan. Kendaraan pribadi makin menyesaki jalan dan akibatnya bisa ditebak: mereka sama-sama membuat kemacetan di jalan. Mereka ini adalah pemerintah dan pengguna kendaraan pribadi. Duet maut yang membikin jalan sulit dilalui dengan lancar. Duet ini masih ditambahi satu lagi sehingga menjadi trio, yakni kemudahan perbankan memberi kredit kendaraan pribadi.

Pemerintah seperti tak sadar diri akan kemampuan memproduksi bahan bakar. Tiap tahun, defisit minyak bumi Indonesia sebanyak 500 ribu hingga 600 ribu barel per hari. Sudah tahu tak mampu memproduksi banyak bahan bakar secara cukup, sok-nya bukan main. Mobil dan motor baru tiap hari diluncurkan. Rakyat diminta memiliki kesadaran untuk membeli BBM nonsubsidi, tapi contoh dari pemerintah tak ada. Contoh konkret bahwa pemerintah tidak punya naluri dan kesadaran akan krisis. (Baca: BBM Jebol, SBY Harus Naikkan Harga BBM Rp 1.250 Per Liter)

Boro-boro kita harapkan pemerintah menganggarkan belanja yang cukup untuk mengembangkan riset bahan terbarukan. Sewaktu ramai masa kampanye pemilihan presiden, beberapa waktu lalu, kita malah mendengar bagaimana mafia minyak masih menjadi sponsor bagi satu kandidat presiden. Mafia sama disebut juga rajin memberi setoran kepada elit pengambil keputusan.

Kini yang sedang terjadi adalah ada orang akan turun jabatan, lalu memberi beban kepada penerusnya. Ujungnya kita tahu: rakyat pula yang menanggung berat beban. Jadi, waktu hanya tengah ditunda. Padahal, waktu berjalan terus. Meski jam berdetak dengan irama itu-itu saja.

  • bbm
  • minyak
  • subsidi bbm
  • defisit minyak bumi

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!