EDITORIAL

Presiden dan Para Menteri, Lepas Segera Dolar Anda!

"Coba sesekali Anda mengamati menu makan siang di piring. Nasi putih yang Anda santap itu berasnya mungkin hasil impor dari Thailand. Tahu dan tempe, berbahan utama kedelai dari Amerika Serikat. Jika kebetulan Anda makan daging sapi, itu didatangkan dari A"

KBR68H

Presiden dan Para Menteri, Lepas Segera Dolar Anda!
dolar, tahu, tempe, krisis, cinta rupiah

Coba sesekali Anda mengamati menu makan siang di piring. Nasi putih yang Anda santap itu berasnya mungkin hasil impor dari Thailand. Tahu dan tempe, berbahan utama kedelai dari Amerika Serikat. Jika kebetulan Anda makan daging sapi, itu didatangkan dari Australia. Sementara sayuran sebagai pelengkap menu, hasil perkebunan petani Cina. Teh manis panas mungkin hanya satu-satunya produk lokal yang Anda seruput. Tapi tunggu dulu, bisa jadi gula pemanis juga impor. Miris bukan? Negara yang katanya tanahnya subur, kini tak mampu memberi hasil untuk memenuhi kebutuhan pangan rakyatnya sendiri.

Guyuran impor yang terus menerus itu kini menjadi bom waktu yang mengguncang perekonomian nasional. Sejumlah kalangan sudah teriak-teriak bahwa Indonesia saat ini sudah berada di pinggir jurang krisis ekonomi. Ini dibuktikan dengan terpuruknya rupiah  yang menembus level psikologis Rp 11.000,  merupakan yang pertama sejak krisis global 2008-2009.

Jika tidak hati-hati bukan tak mungkin kita akan terjerembab pada krisis ekonomi berkepanjangan. Dan rakyat kembali disodori beragam alasan kenapa kita terkena imbas dari rupiah yang semakin anjlok.

Pemerintah memang telah mengumumkan paket kebijakan untuk menangkal krisis ekonomi global. Namun,langkah tersebut belum sepenuhnya mengembalikan kepercayaan pasar, karena rupiah masih kritis. Ini diperparah dengan para spekulan yang mengambil untung dibalik letoynya rupiah.  Pemerintah tak boleh tinggal diam. Aksi para spekulan itu tak bisa dibiarkan. Pemerintah mesti belajar, ketika kita diguncang krisis ekonomi pada 1998, para spekulan semakin memperparah perekonomian saat itu.

Inilah yang membuat Gerakan Cinta Rupiah kembali didengungkan. Para pejabat di negeri ini, diuji kesungguhannya, apakah mereka berpihak kepada rakyat. Salah satu cara yang nyata dan cepat dilakukan adalah keberanian mereka melepas simpanan dolar untuk ditukar rupiah. Gerakan yang bukan dalam tataran wacana saja. Belakangan para  pejabat dirongrong dengan pertanyaan apakah mereka menyimpan dolar. Siapkah mereka jika menukar simpanannya itu menjadi rupiah?  Menurut  Wakil Ketua Komisi Keuangan DPR Harry Azhar Aziz, gerakan tersebut memang tidak serta merta bisa langsung meningkatkan nilai tukar rupiah. Namun, bisa memicu warga negara Indonesia lainnya untuk menyimpan uang dalam bentuk rupiah daripada dolar.

Sebagai orang nomer satu di negeri ini, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono diminta jadi pelopor Gerakan Cinta Rupiah. Bayangkan saja jika Presiden dengan legowo menukar tabungan dolarnya yang setara hampir 3 milliar rupiah. Lalu seperti yang diurai ekonom Faisal Basri, pejabat lainnya mengikuti langkah Presiden. Menurut catatan Faisal Basri, ada Priyo Budisantoso, Wakil Ketua DPR yang memiliki kekayaan dalam valas setara dengan Rp 2 miliar lebih. Menteri Perdagangan Gita Wiryawan bahkan memiliki kekayaan dalam bentuk dolar hampir 7 miliar rupiah.  Bahkan Wamendikbud disebut menyimpan dolar paling banyak, lebih dari 1,6 juta dolar atau Rp 17,5 miliar lebih!

Jika Gerakan Cinta Rupiah secara konsisten dilakukan hingga ke pelosok daerah, akan membantu rupiah tidak terus-terusan tertekan, sehingga bisa mengurangi beban rakyat yang ngos-ngosan terkena imbas kenaikan harga bahan pokok.

  • dolar
  • tahu
  • tempe
  • krisis
  • cinta rupiah

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!