NUSANTARA

Kepala SMAN 1 Banguntapan Dituding Berbohong soal Paksaan Berhijab

"Usai Diperiksa Senin, 01 Agustus 2022, Agung Istianto membantah ada tindakan memaksa siswi berhijab di sekolah yang ia pimpin. "

Ken Fitriani

Kepala SMAN 1 Banguntapan Dituding Berbohong soal Paksaan Berhijab
Ilustrasi: Dua orang siswi menggunakan hijab di dalam kelas di salah satu sekolah di DIY, Selasa, 2 Agustus 2022. Foto: KBR/Ken Fitriani

KBR, Yogyakarta- Kepala SMAN 1 Banguntapan, Bantul, Agung Istianto, dituding berbohong soal kasus dugaan paksaan berhijab terhadap seorang siswi di sekolah tersebut.

Tudingan itu disampaikan pendamping siswi yang juga Ketua Persatuan Orang Tua Peduli Pendidikan (Sarang Lidi) Daerah Istimewa Yogyakarta (DI), Yuliani Putri Sunardi, merespons pernyataan Agung usai diperiksa Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora).

Usai Diperiksa Senin, 01 Agustus 2022, Agung membantah ada tindakan memaksa siswi berhijab di sekolah yang ia pimpin. Menurutnya, apa yang dilakukan guru bimbingan dan konseling (BK) hanya tutorial memakai hijab semata, bukan pemaksaan.

Namun, Yuliani Putri Sunardi membantah pernyataan kepala SMAN 1 Banguntapan. Menurutnya, apa yang dikatakan Agung adalah bohong.

"Lha iyo, si korban itu udah beli (seragam). Tapi, pada intinya dia itu belum mau pakai, kayak gitu lho. Bapaknya juga sudah beliin. Jadi dia itu bohong itu," katanya saat dihubungi melalui telepon, Selasa, (2/8/2022).

Pendampingan Psikologis

Yuliani menjelaskan, sejak awal, Agung memang tidak pernah mengaku terkait tuduhan pemaksaan menggunakan hijab untuk siswa putri. Namun, dari fakta yang dikumpulkan oleh timnya, semua hijab yang digunakan siswi di sekolah itu memiliki logo SMA Negeri 1 Banguntapan.

"Anak yang sekolah di situ, pakai jilbab yang sudah ada capnya, cap SMA Negeri 1 Banguntapan. Pernah saya tantang, kalau kamu merasa tidak menjual jilbab..." tegas Yuliani.

Yuliani mengaku, hingga saat ini dirinya masih mendampingi siswi tersebut. Selain itu, ia juga selalu berkoordinasi dengan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Kota Yogyakarta untuk melakukan pendampingan secara psikologis.

"Ya, sejak hari pertama itu, kami sudah gandeng KPAI Kota Yogyakarta dan Ombudsman RI DIY. Kami juga sudah lapor dinas. Sekarang sedang dalam proses psikolog," tuturnya.

Masih Berproses

Terpisah, Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) DIY, Didik Wardaya mengatakan belum bisa meminta keterangan secara rinci dari siswi yang diduga jadi korban paksaan berhijab. Namun, kata dia, disdikpora akan terus mengkroscek masalah tersebut.

"Yang bisa berkomunikasi adalah psikolog yang mendampingi. Kita juga akan minta penjelasan dari kedua orang tuanya juga. Termasuk dengan psikolog yang mendampinginya. Ini jalan terus prosesnya," ujar Didik saat dihubungi melalui telepon, Selasa, (2/8/2022).

Didik juga belum bisa memastikan adanya CCTV yang merekam aktivitas di ruang BK SMAN 1 Banguntapan. Ada atau tidaknya CCTV itu masih dikonfirmasi kebenarannya dalam proses pemeriksaan oleh tim yang dibentuk Disdikpora DIY.

"Saya belum tahu apa benar ada CCTV atau tidak. Kita akan cek. Nanti teman-teman yang akan menginformasikan itu,” terang Didik.

Didik berharap, kasus ini dapat segera selesai dan tidak melebar ke mana-mana. Sebab, kondisi psikologis korban terganggu dengan adanya berita yang santer beredar.

"Kasihan juga teman-teman siswa di SMAN 1 Banguntapan yang lain selalu menjadi sorotan berita. Harapan saya segera selesai. Ini tetap berjalan, kalau memang sekolah yang salah ada sanksi. Tapi, kita gali dulu, dalami dulu berbagai informasi terkait masalah tersebut. Siswa sendiri belum bisa diajak komunikasi banyak, kami komunikasinya dengan pendamping," pungkas Didik.

Baca juga:

SMAN 1 Banguntapan Bantul Bantah Paksa Siswi Berhijab

Editor: Sindu

  • Siswi Dipaksa Berhijab
  • Hijab
  • SMAN 1 Banguntapan
  • Disdikpora DIY
  • ORI DIY
  • KPAI DIY

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!