NASIONAL

Cegah Pasien Komorbid Memburuk saat Isoman, Ini Saran Epidemiolog

""Artinya sebelum telemedicine, ini harus ada pemeriksaan fisik sebetulnya face to face pada kelompok yang rawan tadi," "

Sadida Hafsyah

Cegah Pasien Komorbid Memburuk saat Isoman, Ini Saran Epidemiolog
Stiker isolasi mandiri yang dipasang di rumah warga yang terinfeksi covid-19 di Kota Bogor, Senin (7/2/22). (Foto: Antara/Arif Firmansyah)

KBR, Jakarta - Ahli Epidemiologi dari Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman mengingatkan pemerintah untuk screening atau pengecekan kondisi kesehatan pasien covid-19, langsung dengan bantuan tenaga kesehatan.

Kata dia, hal itu harus dilakukan sebelum memanfaatkan layanan telemedisin.

"Apalagi kalau misalnya meskipun sudah dua kali vaksinasi tapi lebih dari tujuh bulan yang lalu dan ini lansia (lanjut usia) komorbid, ini yang harus hati-hati. Usianya lebih dari 70 tahun, komorbidnya enggak terkendali misalnya, ya enggak bisa. Artinya sebelum telemedicine, ini harus ada pemeriksaan fisik sebetulnya face to face pada kelompok yang rawan tadi," ujar Dicky kepada KBR di Jakarta, Selasa (15/02/22).

Dicky juga menyebut, isolasi mandiri (isoman) bukan diperuntukkan untuk pasien-pasien yang memiliki rekam medis penyakit tertentu, atau komorbid.

"Karena salah satu kriteria pasien yang boleh menjalani isolasi mandiri adalah bekal imunitas kuat, didapat dari vaksinasi," jelasnya.

Pasien isoman, lanjut Dicky, juga diharuskan memiliki sarana dan prasarana yang mendukung proses penyembuhannya secara mandiri.

"Sebelum memutuskan adanya pilihan isolasi karantina mandiri, itu harus ada asesmen resiko. Bisa nggak dari sisi teknis, tempatnya, segala macam dukungan, bisa enggak? Dan ada orang yang bisa dikonsultasikan juga di sisi klinisnya. Ini perlu ada tenaga kesehatan dan telemedicine menjadi penting," ungkap Dicky.

Berita lainnya:

Ia menilai, sejauh ini, layanan telemedisin belum berjalan secara optimal, karena masih ada masyarakat yang belum memahami bahwa isolasi mandiri tidak bisa dijalankan untuk pasien komorbid.

"Sebab ada resiko kematian jika pasien tidak mendapatkan perawatan yang tepat dari tenaga kesehatan. Saya lihat masih di kota-kota. Seperti saya mendapat laporan di Kota Malang misalnya, atau Palembang. Ya, kematian terjadi ya saat isoman. Berarti ada proses tadi yang nggak dilakukan dan memadai. Screening memastikan dia bisa nggak, beresiko nggak," pungkas Dicky Budiman.


Editor: Kurniati Syahdan

  • telemedicine
  • screening pasien covid-19
  • epidemiolog
  • isoman
  • pasien komorbid

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!