NUSANTARA

119 Pengungsi Rohingnya Terdampar di Aceh Utara

"Begitu datang memang masyarakat sudah siaga di sana,”

AUTHOR / Erwin Jalaludin

Pengungsi Rohingnya
119 imigran Rohingnya terdampar di kawasan Desa Bluka Tebai, Kecamatan Dewantara, Kabupaten Aceh Utara, Rabu (16/11) pagi. (Ist)

KBR, Lhokseumawe– Gelombang kedua manusia perahu yang mengangkut 119 imigran Rohingnya asal Myanmar kembali terdampar di pesisir Selat Malaka di kawasan Desa Bluka Tebai, Kecamatan Dewantara, Kabupaten Aceh Utara, Rabu   (16/11) pagi. Sebagian di antara mereka bermasalah dengan gangguan kesehatan karena mengalami dehidrasi selama mengarungi lautan lepas.

Juru Bicara Pemkab Aceh Utara, Hamdani mengatakan, kedatangan imigran dalam gelombang kedua itu juga menggunakan Kapal Layar Motor (KLM) berekonstruksi kayu. 

Pengungsi kemanusiaan itu untuk sementara ditempatkan di penampungan sementara di rumah ibadah atau surau.

”Kondisi kapal yang juga sudah memang terlihat tua, yang mana keadaan angin di Selat Malaka juga mengarah kemari (Aceh Utara-red). Begitu datang memang masyarakat sudah  siaga di sana,” kata Hamdani kepada KBR, Rabu (16/11).


Baca juga:

Jubir Pemkab Aceh Utara, Hamdani menambahkan, aparat keamanan TNI/Polri bersama imigrasi dan International Organization for Migrazion (IOM) sudah berada di lokasi untuk melakukan pengamanan dan pendataan terhadap imigran tersebut.

Sebanyak  119 Rohingnya asal Myanmar itu terdiri dari laki-laki 61 orang, perempuan 36 orang, dan Anak-anak 22 orang.

Kedatangan pengungsi kemanusiaan gelombang kedua membuat jumlah etnis Rohingnya yang terdampar di Aceh Utara menjadi  230 orang. 

Sehari sebelumnya ada 111 orang imigran asal Myanmar  yang juga terdampar di Aceh Utara. Mereka   ditempatkan di penampungan sementara di surau Desa Meunasah Lhok, Kecamatan Muara Batu, Selasa (15/11).

Editor: Rony Sitanggang

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!