NASIONAL

Virus Hendra dan Cacar Monyet Jadi Perhatian Dunia, Begini Kata Epidemiolog

""Case fatality ratenya itu di atas 50 persen," "

Muthia Kusuma

Telapak tangan pasien kasus cacar monyet  di Republik Demokratik Kongo pada 1997. (Antara/Brian)
Telapak tangan pasien kasus cacar monyet di Republik Demokratik Kongo pada 1997. (Antara/Brian)

KBR, Jakarta-  Epidemiolog meminta agar pemerintah dan masyarakat waspada terhadap penyebaran virus Hendra dan cacar monyet yang tengah merebak termasuk di negara tetangga RI, Australia. Epidemiolog Universitas Airlangga, Laura Navika Yamani mengatakan, di antara dua virus yang termasuk virus zoonotik itu, virus hendra memiliki tingkat kematian yang tinggi jika tertular ke manusia. 

Sejauh ini, virus itu telah menyebabkan kematian tujuh dari 10 pasien yang terinfeksi virus Hendra.

"Sampai saat ini untuk virus Hendra, pernah menginfeksi ke manusia ya. Jadi tingkat kematian, atau angka kematian manusia yang kemudian yang terinfeksi maupun hewan yang terinfeksi dengan virus Hendra ini cukup tinggi. Jadi case fatality ratenya itu di atas 50 persen," ucap Laura saat dihubungi KBR, Minggu  (22/5/2022).

Epidemiolog Universitas Airlangga, Laura Navika Yamani menambahkan, virus Hendra dapat menimbulkan gejala yang mirip seperti flu, yakni demam hingga sakit tenggorokan. Perbedaannya adalah virus ini dapat menyebabkan peradangan pada otak atau meningitis yang dapat memicu kematian.

"Di Indonesia belum ada penemuan kasus virus hendra tapi ini tak menutup kemungkinan bahwa tidak hanya Australia yang ditemukan virus hendra, tetapi juga negara-negara lain. Karena era globalisasi ini dapat menyebabkan penularan lebih mudah terkait dengan virus menular," sambungnya.

Baca juga: 

Hepatitis Akut, IDI dan IDAI Belum Kantongi Penyebabnya 

Indonesia Longgarkan Penggunaan Masker, WHO Ingatkan Status Belum Endemi COVID-19

Sedangkan cacar monyet atau monkey poxviridae, saat ini penularannya sudah meluas dari wilayah endemis virus ini, yakni Afrika. Laura menyebut, sudah ada kasus cacar monyet di luar Afrika karena punya riwayat perjalanan dari negara itu.

"Walaupun sama-sama penyakit zoonotis, tapi penularannya itu masih sebatas dengan hewan. Artinya dari manusia ke manusia itu belum ditemukan. Dan cara penularannya adalah kontak dekat dengan hewan yang terinfeksi kemudian juga ada bahan yang terkontaminasi dengan virus, misal cairan dari cacar," ungkap Laura.

Berbeda dengan virus hendra, cacar monyet bisa sembuh sendiri setelah gejala 2-3 pekan. Namun kata Laura, virus ini dapat menyebabkan kematian, sebab tingkat kematian akibat virus ini kurang dari 10 persen.

Sementara itu, belum diketahui apakah penularan itu dapat dipengaruhi oleh iklim suatu negara. Sebab masih minimnya data penelitian.

Laura mengatakan, perlu ada perlindungan bagi kelompok rentan tertular dengan vaksinasi. Semisal kontak erat dengan pasien cacar monyet dan pasien yang sudah positif cacar monyet.

"Virus hendra sudah ada vaksinnya hanya sebatas kuda karena sering dijumpai pada kuda. Kalau untuk cacar monyet ini vaksinnya sebetulnya kita sudah punya. Itu bisa digunakan karena efektif berbagai jenis cacar, kan tidak hanya monkeypox ada chicken pox juga," ungkapnya.

Laura mengatakan, dua virus itu tengah menjadi perhatian khusus oleh dunia agar tak terjadi peningkatan jumlah kasus yang luar biasa. Adapun upaya pencegahan yang dapat dilakukan yaitu memonitor apakah masyarakat berisiko tinggi untuk tertular virus itu.

Ia juga mendorong pemerintah untuk meningkatkan kapasitas pemeriksaan dan mengidentifikasi gejala terkait virus itu di manusia dan hewan. Selain itu pemerintah juga perlu mendeteksi dini untuk mengonfirmasi jenis virus agar dapat dilakukan upaya penanganan lebih cepat.

"Untuk masyarakat, banyak penyakit menular itu disebabkan karena sanitasi dan kebersihan yang kurang. Virus itu bisa dicegah dengan perilaku hidup bersih dan sehat," pungkasnya.

Editor: Rony Sitanggang

  • cacar monyet
  • virus hendra
  • virus zoonotik
  • Laura Navika Yamani

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!