NASIONAL

Tawa Terpaksa Tuk Tutupi Tangis

"Dikala tawa digunakan untuk menyembunyikan depresi dibahas di podcast Diskusi Psikologi (Disko)"

Sadida Hafsyah

Diskusi Psikologi (Disko)
Diskusi Psikologi (Disko)

KBR, Jakarta- Tawa canda, kelakar dan senyuman kerap mengiringi keseharian kita. Wajar, ketika itu menjadi sebuah ekspresi dalam menampilkan suasana hati sesungguhnya. Namun, bagaimana jika ekspresi yang ditampilkan justru berbeda dengan yang dirasakan? Senyuman di wajah kemudian dipakai sebagai topeng untuk menyembunyikan kepedihan maupun rasa depresi.

Padahal nih, berdasarkan laman SehatQ dari Kementerian Kesehatan, depresi angkanya angka cukup tinggi namun kerap diabaikan. Selain itu, penderita depresi terkadang menyembunyikan kondisinya di balik senyuman, yang dikenal sebagai smiling depression.

Psikolog Klinis Dewasa dari Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Nirmala Ika mengatakan ada bahaya yang mengintai seseorang yang mengalami smiling depression. Yaitu, ketika orang yang mengalaminya tidak menyadari kondisinya. Kondisi ini juga berbahaya jika orang lain tak menyadari kalau orang tersebut mengalami smiling depression, padahal seorang yang depresi itu memerlukan bantuan. Ini karena depresi yang dialaminya ditutupi dengan senyuman. Dan jika lingkungannya tidak peka, orang tersebut berpotensi makin terpuruk hingga muncul keinginan bunuh diri. 

Baca juga:

Rasa Hampa Mendera Usai Serial Kesayangan Tamat?

Jadi Trending, Gimana Netizen Soroti Panglima TNI Baru dan Isu Pertahanan

Cek Fakta: Narasi yang Mengklaim Gencarnya Kristenisasi Kampung Palalangon Cianjur?

"Jadi bisa dibilang smiling depression itu, bahwa kita sebenarnya punya masalah, kita punya gangguan depresi tapi kita tidak bisa menampilkannya secara genuine. Memang depresi itu tidak melulu bahwa kita harus melow, kita harus sedih. Enggak melulu begitu," ucap Nirmala dalam Podcast Diskusi Psikologi, episode "Tawa Terpaksa Tuk Tutupi Tangis."

Psikolog Klinis Dewasa dari Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Nirmala Ika juga mengatakan beberapa orang mungkin terjebak dalam situasi atau pekerjaan yang mengharuskan ia selalu tampak ramah dan tersenyum. Tapi belum tentu semua orang yang 'terpaksa' tertawa, mengalami smiling depression ya. Setidaknya ada beberapa penanda seseorang bisa dicurigai mengalami gangguan psikologi ini.

"Ciri-cirinya sebenarnya seperti depresi pada umumnya. Dalam arti begini, akan ada perubahan perilaku. Perubahan selera makan, mungkin kehilangan berat badan. Akan ada susah tidur. Giliran bisa tidur, susah bangun juga. Mau bangun itu berat banget ngadepin ke depan. Kemudian ada kehilangan minat pada hal-hal yang biasa kita berminat. Tapi tampilannya itu biasa saja, orang-orang enggak melihat, " jelas Ika.

Pada Podcast Disko (Diskusi Psikologi), episode Tawa Terpaksa Tuk Tutupi Tangis, kamu bisa mengenal lebih jauh, apa itu smiling depression. Dituturkan dengan bahasa yang mudah dipahami oleh Psikolog Klinis Dewasa dari Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Nirmala Ika di link berikut ini:

Warning: Kami mengimbau pembaca dan pendengar podcast Disko untuk tidak melakukan diagnosa sendiri (Self-diagnosis), segara cari layanan kesehatan mental terdekat jika diperlukan.

  • Smiling depression
  • Tertawa Tapi Sedih
  • Tawa Tutupi Tangis
  • Tawa

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!