NASIONAL

Perkara Jastip Obat dan Berobat ke Luar Negeri

Presiden Jokowi soroti Rp165 triliun hilang karena tren berobat ke luar negeri.

AUTHOR / Lea Citra

Podcast What's Trending
Podcast What's Trending

KBR, Jakarta- Belakangan pemerintah tengah menyoroti tren berobat dan konsumsi obat warganet +62. Presiden Joko Widodo mengatakan, ada 2 juta masyarakat yang berobat ke luar negeri. Bahkan, Presiden Jokowi menyebut Rp165 triliun hilang karena tren berobat ke luar negeri.

"Informasi yang saya terima, hampir 2 juta masyarakat kita itu masih pergi berobat ke luar negeri, apabila sakit. Padahal kita memiliki rumah sakit seperti ini. Hampir 2 juta, 1 juta, kurang lebih 1 juta ke Malaysia, kurang lebih 750.000 Singapura, dan sisanya ke Jepang, ke Amerika, Jerman dan lain-lain," ungkap Jokowi saat Peresmian Mayapada Hospital Bandung, 6 Maret 2023.

Menurut Presiden Joko Widodo, maraknya tren berobat di luar negeri tidak bisa dibiarkan. Sebab ada aliran modal (capital outflow) yang keluar ke negara-negara lain. Kata Jokowi, salah satu solusi masalah ini adalah mendorong pembangunan rumah sakit - rumah sakit atau fasilitas kesehatan di dalam negeri.

"Mau kita terus-terusan? 165 triliun devisa kita hilang gara-gara itu. Karena ada modal keluar, capital outflow. Oleh sebab itu, saya sangat mendukung pembangunan rumah sakit - rumah sakit yang kurang lebih kayak Mayapada Hospital Bandung ini. Memang problemnya kita masih punya problem di dalam negeri, dokter spesialisnya masih kurang atau dokter yang punya sub spesialis masih sangat kurang. Saya udah bisikin tadi Pak Min ke ini harus diurus," lanjutnya.

Lalu apa sih, alasan orang Indonesia yang berobat ke luar negeri?

Melansir laman Link Sehat dari Kementerian Kesehatan, kebiasaan pasien Indonesia melakukan perawatan medis ke luar negeri biasa disebut medical tourism atau wisata medis. Beberapa perawatan yang banyak dilakukan di luar negeri adalah bedah kosmetik, kedokteran gigi, dan bedah jantung.

Ada berbagai faktor yang mempengaruhi keputusan seseorang memilih perawatan di luar negeri ketimbang di tanah air. Diantaranya:

1. Akses informasi lebih mudah

Rumah sakit di luar negeri (terutama Malaysia, Thailand, Singapura) umumnya responsif menanggapi pertanyaan dari calon pasien. Bahkan sebelum menjalani pengobatan, mereka bisa mendapatkan informasi yang lengkap seputar prosedur hingga biaya perawatan.

Beberapa rumah sakit juga menawarkan paket khusus turis yang ingin berobat, mulai dari transportasi dan akomodasi selama berobat.

2. Fasilitas lengkap dan teknologi mutakhir

Alasan berikutnya adalah, Indonesia memiliki jumlah penduduk yang sangat besar. Kondisi inilah yang memunculkan rumah sakit untuk berbagai kalangan kelas ekonomi. Dampaknya, belum semua rumah sakit memiliki fasilitas yang optimal, terutama yang berada di lokasi terpencil.

Situasi ini berbeda dengan negara yang telah menerapkan konsep medical tourism seperti Malaysia dan Thailand. Jumlah rumah sakit yang tidak begitu banyak memudahkan pemerintah di sana untuk melakukan pemerataan dari segi pemenuhan fasilitas dan teknologi.

3. Akreditasi Internasional

Banyak rumah sakit di luar negeri yang telah mendapatkan akreditasi Joint Commission International (JCI) dan International Organization Standardization (ISO) 9000. Label sertifikasi internasional membuat orang lebih percaya dengan kualitas pelayanan kesehatan yang ditawarkan oleh rumah sakit atau klinik di luar negeri.

4. Keamanan dan Standar Pelayanan

Negara yang fokus pada medical tourism juga memiliki standar keamanan dan pelayanan pasien yang ketat. Pelayanan yang diberikan bukan hanya good response, tapi juga menyeluruh. Ini karena mereka terintegrasi dengan baik, sehingga diagnosis yang diberikan oleh dokter menjadi lebih tepat.

5. Travelling Sambil Berobat

Alasan terakhir yang sering dijadikan alasan utama orang Indonesia untuk berobat ke Luar Negeri adalah liburan. Meskipun tidak semua, namun sebagian orang Indonesia yang berobat ke luar negeri juga melakukan travelling. Jadi sebelum atau setelah menjalani perawatan, mereka bisa menyegarkan pikiran dengan berjalan-jalan di tempat wisata lokasi berobat.

Baca juga:

Bukan Berhemat, Presiden Dorong Masyarakat buat Belanja

Ingin Berubah tapi Sulit, Mungkin Masalahnya pada Nature dan Nurture

Cek Fakta: Video yang Diklaim Penampakan Kota Gaib Saranjana dari Teropong

Menanggapi persoalan ini, Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI), Hermawan Saputra menyarankan perbaikan disejumlah sektor. Salah satunya peningkatan pelayanan. Menurut Hermawan, kurang ramahnya pekerja di rumah sakit menjadi salah satu faktor, pasien dalam negeri berpaling ke negara-negara lain.

"Nggak ada kata lain kuncinya adalah reformasi tata kelola pelayanan yang lebih mengutamakan keramahtamahan. Kalau komunikasinya nyambung, kalau tenaga kesehatan yang memberikan informasi itu penuh dengan senyuman dan juga antusiasme. Jadi Bukan sebaliknya. Jadi inilah faktor-faktor yang harus diperhatikan, dan itu juga yang menjadi paradigma kalau Indonesia mau memiliki fasilitas berstandar internasional. Apalagi mengedepankan pariwisata kesehatan dan pariwisata medis. Jadi integrasi layanan, dan jangan sampai ada pelayanan itu ya membuat antrian panjang," ujar Hermawan.

Dewan Pakar IAKMI, Hermawan Saputra menekankan, pentingnya peningkatan kualitas tenaga kesehatan. Jadi Hermawan meminta pemerintah untuk memperhatikan kualitas para dokter, bukan hanya fokus pada jumlah dokter.

"Ya yang pertama adalah menyiapkan tenaga kesehatan yang tidak hanya berkaitan dengan kuantitas, tapi juga kualitas. Jadi kualitas itu berkaitan dengan kemampuan mereka untuk menghadapi manusia, dan memanusiakan manusia. Jadi selama ini kan identik tenaga kesehatan itu jutek, cuek, susah komunikasi, terkesan mengancam, dan seterusnya. Ini yang harus dihilangkan. Sehingga masyarakat itu merasa nyaman dan kalau nyaman, menjadi puas, kalau menjadi puas pasti loyal, itu satu," pungkasnya.

Lebih lanjut soal tren berobat dan beli obat di luar negeri, yuk dengarkan podcast What's Trending di link berikut:

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!