BERITA

Jokowi: Kita Harus Bersatu Lawan Terorisme

"Saya tegaskan sekali lagi; tidak ada tempat bagi terorisme di tanah air!" kata Jokowi.

AUTHOR / Dwi Reinjani, Wahyu Setiawan

Jokowi: Kita Harus Bersatu Lawan Terorisme
Presiden Joko Widodo. (Foto: Setpres RI)

KBR, Jakarta - Presiden Joko Widodo memerintahkan para pejabat bawahannya untuk meningkatkan kewaspadaan, usai teror di Markas Besar kepolisan, Rabu kemarin.

Jokowi juga meminta masyarakat tenang namun tetap waspada dalam menjalni aktifitas.

"Saya juga telah memerintahkan Kapolri, Panglima TNI dan Kepala BIN untuk meningkatkan kewaspadaan. Saya tegaskan sekali lagi; tidak ada tempat bagi terorisme di tanah air!" tandas Jokowi, Kamis (1/4/2021).

Presiden Jokowi juga meminta masyarakat bisa mempererat persatuan dalam melawan terorisme.

"Saya minta kepada seluruh masyarakat di seluruh pelosok tanah air agar semuanya tetap tenang dan menjaga persatuan, namun juga tetap waspada. Kita semua harus tetap bersatu melawan terorisme," tandas Jokowi.

Sebelumnya Markas Besar Kepolisian diserang seorang perempuan yang diduga teroris, pada Rabu (31/3/2021) sore.

Dalam kejadian itu, pelaku melepaskan enam kali tembakan ke arah petugas, sehingga baku tembak sempat terjadi. Penyerangan berakhir ketika pelaku ditembak mati oleh petugas kepolisian.

Perketat pengamanan

Kapolri Listyo Sigit Prabowo memerintahkan para pejabat bawahannya untuk memperketat pengamanan di semua markas kepolisian.

Itu dilakukan menyusul adanya serangan teror ke Mabes Polri, Rabu sore kemarin.

"Saya sampaikan kepada seluruh anggota untuk tetap memberikan pelayanan kepada masyarakat. Namun demikian tingkatkan kewaspadaan, tingkatkan sistem pengamanan baik di Markas Komando, maupun pada saat melaksanakan tugas di lapangan," kata Sigit dalam konferensi pers di Gedung Bareskrim Polri, Jakart, Rabu (31/3/2021) malam.

Sigit menjelaskan tersangka perempuan berinisial ZA menyerang aparat yang berada di sekitar pos jaga Mabes Polri.

Penyerangan itu tak terduga sebelumnya, karena pelaku masuk melalui pintu belakang. Pelaku sempat bertanya mengenai lokasi kantor pos, namun tak berselang lama justru melepaskan enam tembakan.

Penyerangan itu berakhir usai aparat menembak mati pelaku.

Penyerangan ini terjadi berselang tiga hari usai teror bom bunuh diri di Gereja Katedral, Makassar. Pada Minggu (28/3/2021), dua orang melakukan aksi bom bunuh diri hingga menyebabkan 20-an orang luka. Pelaku diduga dari kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD) yang berafiliasi dengan kelompok teroris ISIS.

Saat itu, Kapolri juga telah memerintahkan jajarannya untuk memperketat pengamanan di seluruh wilayah Indonesia.

Perburuan teroris dari waktu ke waktu

Menurut data yang dikutip dari laman FISIP Universitas Indonesia, di Indonesia dari kurun waktu 2010 hingga 2017 tercatat terjadi 130 kasus terorisme. Sebanyak 896 pelaku telah ditangkap dan dijatuhi hukuman, 126 di antaranya dihukum mati, 674 sedang dalam hukuman dan 96 pelaku bebas.

Pada 2017 jumlah aksi terorisme sebanyak 12 kali. Sedangkan pada 2018, jumlah aksi terorisme meningkat 42 persen dari tahun sebelumnya, menjadi 17 kasus. Kapolri Tito Karnavian menyebut jumlah pelaku teror yang berhasil diungkap sepanjang 2018 meningkat 113 persen, dari 176 menjadi 396 tersangka.

Pada 2019, Polri terus meningkatkan perburuan terhadap para terduga teroris. Kapolri Idham Azis menyebut sepanjang tahun ini Polri menangkap 297 orang terduga pelaku. Jumlahnya turun dibanding tahun sebelumnya.

Sementara pada 2020, Polri menangkap 228 orang terduga teroris dari berbagai wilayah di Indonesia.

Editor: Agus Luqman

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!