NASIONAL

BI Naikkan Suku Bunga Acuan Jadi 5,50 Persen

"Keputusan kenaikan suku bunga yang lebih terukur tersebut sebagai langkah lanjutan secara front loaded, pre-emptive, dan forward looking memastikan terus berlanjutnya penurunan ekspektasi inflasi

AUTHOR / Astri Septiani

BI Naikkan Suku Bunga Acuan Jadi 5,50 Persen
ilustrasi Bank Indonesia

KBR, Jakarta - Bank Indonesia kembali menaikkan suku bunga acuan (BI 7-Day Reverse Repo Rate) sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,50 persen.

Selain suku bunga acuan, Bank Indonesia juga menaikkan suku bunga Deposit Facility sebesar 25 bps menjadi 4,75 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 6,25 persen.

"Keputusan kenaikan suku bunga yang lebih terukur tersebut sebagai langkah lanjutan untuk secara front loaded, pre-emptive, dan forward looking memastikan terus berlanjutnya penurunan ekspektasi inflasi dan inflasi, sehingga inflasi inti tetap terjaga dalam kisaran 3 plus minus 1 persen," kata dia saat konferensi pers Hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG), Kamis (22/12/22).

Menurutnya, kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah terus diperkuat untuk mengendalikan inflasi barang impor (imported inflation).

"Di samping untuk memitigasi dampak rambatan dari masih kuatnya dolar Amerika dan masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan global," katanya.

Perry juga menjelaskan arah bauran kebijakan Bank Indonesia di 2023 sebagaimana disampaikan dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) 2022, 30 November lalu.

"Kebijakan moneter tahun 2023 akan tetap difokuskan untuk menjaga stabilitas (pro-stability). Sementara kebijakan makroprudensial, digitalisasi sistem pembayaran, pendalaman pasar uang, serta program ekonomi dan keuangan inklusif dan hijau terus diarahkan untuk mendorong pertumbuhan (pro-growth)," jelasnya.

BI Klaim Ekonomi Domestik Tetap Baik

Di sisi lain, Bank Indonesia mengklaim pertumbuhan ekonomi domestik Indonesia tetap baik. Perry Warjiyo mengungkapkan, permintaan domestik tetap berdaya tahan, yang dipengaruhi oleh daya beli masyarakat dan keyakinan pelaku ekonomi yang tetap terjaga.

Perkembangan ini, lanjut Perry, tercermin pada berbagai indikator bulan November 2022 dan hasil survei Bank Indonesia terakhir, seperti keyakinan konsumen, penjualan eceran, dan Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur.

"Sementara itu, kinerja ekspor diperkirakan tetap kuat, khususnya didorong ekspor batu bara, CPO, besi dan baja, serta ekspor jasa, seiring permintaan beberapa mitra dagang utama yang masih kuat serta dampak positif kebijakan yang ditempuh Pemerintah. Secara spasial, kinerja positif ekspor ditopang terutama didorong Kalimantan, Sumatera, dan Sulawesi-Maluku-Papua (Sulampua), yang tetap tumbuh kuat," ungkapnya.

Baca juga:

Perry menambahkan, pertumbuhan ekonomi yang tetap baik ini sejalan dengan perkembangan dari sisi lapangan usaha, di mana sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Industri Pengolahan, serta Transportasi dan Pergudangan tumbuh cukup kuat.

Dengan perkembangan tersebut, Perry memprediksikan pertumbuhan ekonomi 2022 tetap bias ke atas dalam kisaran proyeksi Bank Indonesia pada 4,5-5,3 persen.

"Pada tahun 2023, pertumbuhan ekonomi diprakirakan tetap kuat meskipun sedikit melambat sejalan dengan perlambatan ekonomi global ke titik tengah kisaran 4,5-5,3 persen," pungkasnya.

Editor: Kurniati Syahdan

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!