NASIONAL

Antisipasi Krisis Pangan, Jokowi Pastikan Ketersediaan Beras

Presiden Jokowi mengklaim, tanaman pangan terutama beras, ketersediaannya mencukupi untuk kebutuhan dalam negeri.

AUTHOR / Heru Haetami, Resky Novianto

Antisipasi Krisis Pangan, Jokowi Pastikan Ketersediaan Beras
Ilustrasi: Presiden Jokowi meninjau gudang Bulog di Kelapa Gading, Jakarta Utara, Rabu, 18-3-2020. Foto: ANTARA

KBR, Jakarta- Presiden Joko Widodo mengklaim, tanaman pangan terutama beras, ketersediaannya mencukupi untuk kebutuhan dalam negeri. Itu disampaikan Jokowi usai meninjau Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi) di Kabupaten Subang, Jawa Barat, Selasa, 12 Juli 2022.

"Saya datang ke Balai Padi (Balai Besar Penelitian Tanaman Padi) milik Kementerian Pertanian dalam rangka untuk memastikan ketersediaan pangan kita, utamanya beras, karena memang di balai ini benih-benih varietas unggul itu disiapkan," kata Jokowi.

Jokowi mengingatkan bahwa Indonesia harus mengantisipasi krisis pangan yang terjadi secara global.

"Kita tahu bahwa dunia sekarang ini sedang terjadi kekurangan pangan di mana-mana. Oleh sebab itu, kita harus waspada, memastikan bahwa ketersediaan pangan kita masih pada kondisi yang aman," ujarnya.

Pendampingan

Presiden menekankan, ketersediaan benih sangat penting, terutama untuk menaikkan produksi beras di dalam negeri. Namun kata dia, upaya itu harus ditunjang dengan pendampingan yang baik oleh Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL).

"Kalau betul didampingi oleh PPL-PPL yang baik, satu hektare tadi Inpari 32 (dan) Inpari 42 bisa menghasilkan kurang lebih sampai 12 ton. Tetapi, katakanlah rata-rata 7—8 ton saja itu sudah sebuah lompatan yang sangat baik bagi stok ketersediaan pangan, utamanya beras kita," katanya.

Meski demikian, Jokowi juga mengingatkan jajarannya agar mengembangkan komoditas lain, dan tidak hanya berfokus pada satu tanaman pangan.

"Jangan juga kita ketergantungan hanya satu beras saja, tetapi pangan kita yang lain juga masih bisa untuk dikembangkan lagi, baik yang namanya sagu, yang namanya sorgum, yang namanya porang, yang namanya jagung, yang namanya ketela pohon, dan lain-lainnya. Ini masih memiliki peluang untuk kita tingkatkan produksinya," pungkasnya.

Nihil Impor Beras

Sementara itu, di tempat terpisah, Kementerian Pertanian (Kementan) menyebut Indonesia mulai mengurangi ketergantungan impor secara perlahan. Salah satu contohnya untuk beras.

Direktur Perbenihan Hortikultura Kementerian Pertanian (Kementan), Inti Pertiwi Nashwari, mengatakan Indonesia nihil impor beras selama beberapa tahun. Tetapi ia mengakui, masih ada sejumlah komoditas yang masih impor, seperti bawang putih hingga kedelai.

"Malah tiga tahun terakhir kita tidak impor beras, karena kita surplus akhir tahun 2020 itu 7,39 juta ton, kemudian 2021 surplus 9,63 juta ton sehingga tidak ada kita perlu untuk mengimpor beras yang selama ini selalu dilakukan setiap tahun," tutur Inti, dalam Acara Sarasehan Kelompencapir Millenial secara daring, Selasa, (12/7/2022).

Kata dia, nilai ekspor produk pertanian Indonesia pada 2021 mencapai Rp625 triliun. Angka ini meningkat 38,6 persen dibanding 2020 dengan nilai sebesar Rp451 triliun. Sementara itu, di 2019, nilai ekspor pertanian mencapai Rp390,16 triliun.

Menurutnya, perubahan iklim atau climate change jadi salah satu faktor utama yang menyebabkan produksi pangan di dalam negeri sedikit terganggu. Meski begitu, stabilitas pangan masih cukup baik di tengah goncangan krisis pangan yang melanda secara global.

"Prestasi dari pertanian itu sedikit mengobati kita semua, melihat ancaman dari ekonomi pangan di seluruh dunia ini mulai terganggu," pungkasnya.

Baca juga:

Editor: Sindu

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!